Cari

Kemdikbudristek Apresiasi Semangat Guru dan Tenaga Pendidik Kota Makassar Laksanakan IKM

Schoolmedia News Makassar --- Semangat, kesabaran, kerja keras dan ketulusan hati  untuk terus belajar serta adaptif terhadap perubahan yang dimiliki para guru dan tenaga pendidik di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dalam melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) mendapat apresiasi Plt Direktur Pendidikan Anak Usia Dini Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud), Dr Arman Agung  yang melakukan kunjungan kerja memantau pelaksanaan IKM disatuan pendidikan PAUD Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) di Makassar, Jumat (29/5).

Kunjungan kerja ke satuan pendidikan jenjang PAUD, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Pemerintah Daerah Kota Makassar   itu dilaksanakan selama tiga hari, Kamis - Sabtu (28 - 29/7) dalam rangka melihat dari dekat pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka  telah dilaksanakan di TK Areta Amata School yang berlokasi di Jl Pacciming III Kelurahan Tello Baru, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, UPT SPF Sekolah Dasar Negeri Panaikang 2 dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Kota Makassar. 

Dalam kegiatan tersebut, berdialog serta membuat testimoni sejumlah Guru dan Kepala Sekolah Penggerak yang menjadi fasilitator dan motor pelaksanaan  IKM disatuan pendidikan. Tim Implementasi Kurikulum Merdeka Kemendikbudristek didampingi Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan, Dr Muhammad Anies, Kepala Bidang PAUD dan Dikmas Kota Makassar, Masdir M.Pd, Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Makassar dan Balai Besar Guru Penggerak Kota Makassar, 

Dalam dialog sejumlah pemangku kepentingan pendidikan di Ruang Rapat Kantor Walikota Makassar yang dipimpin Staf Ahli Walikota bidang Kemasyarakatan dan Pengembangan SDM Kota Makassar, Dra Hj Sittiara M.Si tim Implementasi Kurikulum Merdeka menjelaskan  bahwa Merdeka Belajar Episode 15 Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar ditindak lanjuti dengan Implementasi kurikulum Merdeka sebagai bentuk fasilitasi Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang ditujukan kepada Ibu bapak guru, para kepala sekolah, kepala madrasah, dan kepala PKBM dalam mempersiapkan keterlibatannya pada Kurikulum Merdeka pada tahun ini hingga kedepanya. 

Dijekaskan oleh Plt Direktur PAUD, Dr Arman Agung bahwa karakteristik kurikulum merdeka pertama lebih sederhana. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru dan menyenangkan. Kegiatan bermain bermakna sebagai proses belajar yang utama, di mana jelas terlihat keterkaitan kegiatan dengan tujuan pembelajaran, serta juga menggunakan sumber belajar nyata dari lingkungan sekitar. Sumber belajar yang tidak tersedia secara nyata dapat dihadirkan dengan buku bacaan anak atau dukungan teknologi. 

"Karakteristik kedua lebih Merdeka. Satuan pendidikan memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan PAUD dan peserta didik.  Guru mengajar sesuai dengan  tahap perkembangan anak. Peserta didik pada satuan PAUD, menguatkan pesan bahwa anak tetap dapat memilih kegiatan pembelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya," paparnya. 

Karakteristik ketiga , lanjutnya lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran melalui kegiatan projek memberikan kesejmpatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila. 
Kesiapan satuan pendidikan untuk mengimplementasi kurikulum berbeda-beda, terutama dalam situasi Pandemi COVID-19.

"Menyadari kompleksitas tersebut, maka: Implementasi Kurikulum Merdeka dapat disesuaikan dengan kesiapan masing-masing satuan PAUD. Pemerintah tidak mewajibkan satuan PAUD untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka," ujar Dr Arman Agung.

 

Studi-studi nasional maupun internasional, salah satunya PISA menunjukkan bahwa banyak siswa kita yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 sampai 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum membaca dan matematika. Hasil tes PISA 2018 juga menunjukkan adanya kesenjangan hasil belajar berbasis status ekonomi-sosial, di mana siswa dari keluarga yang lebih sejahtera mendapatkan skor 52 poin lebih tinggi 


"Pandemi Covid-19 yang mengguncang dan memporak poranda sejuimlah sektor ekonomi dan sosial masyarakat  juga berdampak besar bagi dunia pendidikan.
Penutupan sekolah dan pembatasan kegiatan masyarakat selama lebih dari satu setengah tahun membuat terjadinya kehilangan kesempatan belajar atau learning loss sangat besar di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum Merdeka yang diluncurkan Kemdikbudristek merupakan jawaban untuk memperbaiki kekurangan dan terganggunya belajar dan mengajar siswa di Indonesia," ujar Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Selatan, Dr Muhammad Anies. 

Dikatakan oleh Dr Muhammad Anies, Implementasi Kurikulum Merdeka melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya:

1.Orientasi holistik: kurikulum dirancang untuk mengembangkan murid secara holistik, mencakup kecakapan akademis dan non-akademis, kompetensi kognitif, sosial, emosional, dan spiritual. 

2.Berbasis kompetensi, bukan konten: kurikulum dirancang berdasarkan kompetensi yang ingin dikembangkan, bukan berdasarkan konten atau materi tertentu.

3. Kontekstualisasi dan personalisasi: kurikulum dirancang sesuai konteks (budaya, misi sekolah, lingkungan lokal) dan kebutuhan murid.

Penulis Eko 

 

Berita Selanjutnya
Laporan Kependudukan Dunia, Terjadi 121 Juta Kehamilan 40% Tidak Direncanakan
Berita Sebelumnya
Dalam 10 Tahun Jumlah Perokok Bertambah 8 Juta Orang, Pemerintah Uji Publik Revisi PP Nomor 109 Tahun 2012

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar