Cari

Kasus Anak Tewas, DPR: PJJ Punya Dampak Negatif

Ilus: Pixabay

 

Schoolmedia News, Jakarta - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dinilai berdampak negatif. Sebab sudah ada siswa yang meninggal akibat dibunuh orang tuanya, hanya karena kesulitan belajar online.

Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda mengatakan, kasus pembunuhan yang dilakukan oleh pasangan suami isteri (pasutri) berinisial IS (27) dan LH (26) terhadap satu anak kandungnya yang terlahir kembar. 

Peristiwa ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran banyak memberikan dampak negatif dan membutuhkan penanganan lebih serius dari pemangku kepentingan (stake holder) terkait.

“Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Pendidikan (Disdik) di seluruh Indonesia harus benar-benar memantau pelaksanaan PJJ karena banyaknya kendala yang bisa memberikan tekanan psikis terhadap siswa, orang tua siswa, maupun para guru. Kasus pembunuhan anak oleh seorang ibu yang kesal akibat anak kesulitan mengikuti PJJ harus menjadi peringatan keras bagi kita semua,” ujarnya tegas, Rabu, 16 September 2020, seperti dilansir dari laman RRI.

 

Baca juga: Ada Kasus Kriminal, Kemdikbud Diminta Evaluasi Pengawasan Belajar Online

 

Menurut dia, model pembelajaran jarak jauh memang mempunyai banyak kendala. Baik dari rendahnya literasi digital di sebagian besar ekosistem Pendidikan nasional, keterbatasan kuota data, belum solidnya metode pembelajaran jarak jauh, hingga tidak meratanya sinyal internet di berbagai wilayah Indonesia. 

“Berbagai kendala ini menciptakan tekanan psikologis yang lumayan besar bagi para siswa, guru, dan orang tua siswa,” imbuhnya.

Kondisi tersebut, Huda melanjutkan, diperparah dengan kondisi sosial-ekonomi yang kian berat sebagai dampak pandemik Covid-19. 

Banyaknya pemutusan hubungan kerja, pemotongan gaji, hingga hilangnya kesempatan berusaha juga yang dialami sebagian orang tua siswa juga membuat beban hidup kian berat. 

“Maka bisa jadi berbagai tekanan tersebut menciptakan ledakan emosional jika dipicu hal-hal yang terkesan sepele seperti anak yang tidak cepat mengerti saat melakukan pembelajaran jarak jauh,” imbuhnya.

 

Baca juga: Susah Belajar Online Picu Pasutri Habisi Nyawa Anaknya


 
Ia berharap, agar pihak sekolah memberikan pemahaman kepada para guru dan orang tua siswa akan turunnya beban kompetensi dasar yang harus dipenuhi siswa selama proses pembelajaran jarak jauh. 

Menurutnya hal ini penting sehingga guru dan orang tua siswa tidak melulu mengejar pemenuhan beban kompetensi selama masa pandemi. 

“Pada praktek PJJ selama ini guru hanya memberikan beban baik berupa hapalan maupun tugas menjawab pertanyaan begitu saja kepada siswa. Kondisi ini membuat orang tua siswa kerap kali stress karena harus menyetorkan tugas tersebut baik melalui video maupun gambar kepada guru. Harusnya pola ini tidak lagi terjadi karena sudah ada modul-modul PJJ yang disediakan oleh Kemendikbud,” ujarnya. 

 

Baca juga: Jaga Bahasa Indonesia, Nadiem Tetapkan Kota Tua Sebagai Kawasan Praktik di Ruang Publik

 

Perlu diketahui, korban yang dibunuh orang tuanya duduk di kelas 1 sekolah dasar (SD) saat kesulitan mengerjakan tugas sekolah yang diberikan gurunya secara online. 

Untuk menutupi perbuatannya, LH dan sang suami menguburkan jasad anak kandung mereka di sebuah Tempat Pemakaman Umum (TPU) di kawasan Lebak, Provinsi Banten.

Lipsus Selanjutnya
Pengunduh Terbanyak TikTok Berasal dari Indonesia
Lipsus Sebelumnya
Lindt Buka Museum Coklat Terbesar di Dunia, Manjakan Pencinta Manis

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar