Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, Foto: Ist
Schoolmedia News, Jakarta - Nadiem Makarim menyebut jabatan menteri pendidikan sebagai pengalaman kepemimpinan yang tersulit, paling banyak stresnya, dan membuat dirinya tak cukup tidur. Tapi semua tantangan itu diyakini membuat dirinya semakin kuat secara mental dan memberikan pengalaman yang tak ternilai.
"Kalau ditanya apakah saya enjoyed, saya jawab tidak," kata Nadiem, seperti dilansir dari laman detik.com, Selasa, 25 Agustus 2020.
Pengalaman kepemimpinan, ia melanjutkan, semakin ditantang, semakin besar kesulitannya, berkembangnya semakin cepat sebagai pemimpin.
"Karena itu saya senang hal-hal yang sulit karena dari situlah saya bisa belajar dan berkembang," ujarnya.
Baca juga: Pendidikan Berbasis Militeristik Bertentangan dengan Kampus Merdeka
Nadiem sadar sejak awal orang tua dan keluarga besar, serta teman-temannya skeptis terhadap keputusannya menerima jabatan menteri pendidikan. Tapi dia menerima jabatan ini bukan didasarkan pada rasa nyaman atau tidak.
Kekhawatiran sesuatu yang buruk akan menimpa bangsa ini di masa depan bila sektor pendidikan tak cepat dibenahi menjadi salah satu motivasinya. Ia tak cuma perlu melakukan perubahan tapi lompatan.
"PR saya yang dikasih Pak Presiden itu untuk melakukan lompatan, bukan melakukan perubahan pelan-pelan agar Indonesia tidak tertinggal dengan negara-negara lain," ujar Nadiem Makarim.
Baca juga: Indonesia Sukses Gelar APIO 2020 Tingkat Asia Pasifik Secara Daring
Sebelum ada pandemi, ia melanjutkan, kondisi pendidikan di tanah air sudah kritis. Sayangnya, tak banyak yang menyadari dan mau mengakuinya.
Untuk diketahui, peringkat Indonesia dalam evaluasi Programme for International Student Asessment (PISA) pada akhir 2019 menurun di semua bidang yang diujikan: membaca, matematika, dan sains.
Skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.
Mantan Bos Gojek itu juga memaparkan berbagai kebijakan yang telah dibuatnya dalam 6-8 pertama sebagai menteri. Nadiem menyebutnya sebagai revolusi-revolusi tapi tak bersuara bagi para murid, guru, dan sistem pendidikan di tanah air.
Tinggalkan Komentar