Schoolmedia News Surabaya == Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya menjadi kota pertama penyelenggaraan Generasi Campus Roadshow 2025, hasil kolaborasi Grab Indonesia dan Narasi. Acara yang memasuki tahun kedua ini berlangsung pada Selasa (26/8/2025) di Airlangga Convention Center, Kampus MERR-C UNAIR Surabaya, Jawa Timur.
Mengusung tema Passion in Action, kegiatan ini menghadirkan berbagai tokoh publik untuk mengajak generasi muda menemukan passion sekaligus memaknai purpose dalam hidup.
Turut hadir membuka acara, Prof Mochammad Amin Alamsjah Ir MSi PhD selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni. Dalam sambutannya, Prof Amin menyampaikan apresiasinya atas terpilihnya UNAIR sebagai tuan rumah.
âAlhamdulillah, saya berharap melalui momen ini mahasiswa dapat meningkatkan potensinya. Ini sekaligus menjadi momen terindah bagi civitas academica UNAIR,â ujarnya.
Sesi pertama menampilkan Aulia Rizsa Wirizqi atau Aulion, seorang konten kreator yang dikenal dengan gaya visualnya yang penuh warna. Ia mengajak mahasiswa untuk tidak takut memulai dan berani bereksperimen.
âMending bikin 50 konten sederhana daripada dua konten sempurna. Dari banyak mencoba, kita bisa belajar, menemukan ide, dan akhirnya konsisten,â pesannya.
Bagi Aulion, passion bisa dimulai dari hal kecil, seperti warna favorit, topik yang membuat betah membicarakannya, atau bahkan gaya khas diri. Konten, sambungnya, perlu diperlakukan seperti bayi, yakni dirawat, dikembangkan, dan dikuatkan lewat kolaborasi.
âJangan hanya mengejar viral, tapi buatlah karya yang jujur. Itu yang akan memberi dampak lebih besar,â tambahnya.
Suasana semakin meriah saat talkshow utama bertajuk Passion in Action: Powering Your Purpose dimulai. Tiga tokoh publik, seperti Najwa Shihab (jurnalis dan founder Narasi), Nicholas Saputra (aktor), dan Raditya Dika (penulis) hadir sebagai narasumber utama.
Raditya Dika mengawali sesi dengan pengalaman pribadinya menekuni dunia menulis sejak kecil. Baginya, indikator passion itu sederhana, yakni melakukan sesuatu berulang kali hingga lupa waktu. Namun, Radit menekankan bahwa passion harus bernilai agar bisa membawa dampak.
Karenanya, ia memilih untuk mendefinisikan dirinya bukan sekadar berdasarkan profesi, melainkan keterampilan.
âKarya tanpa nilai tidak akan bertahan lama. Saya menyebut diri pencerita, bukan sekadar komedian atau penulis. Profesi bisa berubah, tapi skill akan selalu relevan,â jelasnya.
Risiko dan Fleksibilitas
Nicholas Saputra kemudian berbagi kisah perjalanan kariernya. Sejak SMA ia sudah menekuni dunia film, kendati saat itu industri perfilman belum menjanjikan masa depan yang jelas.
âTidak ada jaminan, tapi saya terus jalan. Kegigihan dan keberanian mengambil risiko itulah yang membedakan kita dengan orang lain,â ungkapnya.
Baginya, passion tidak selalu harus hadir dalam pekerjaan utama. Ia bisa dipelihara lewat proyek-proyek kecil, selama ada ruang untuk berkembang.
âDunia terus berubah, jadi fleksibilitas itu penting. Selama jantung masih berdetak, saya akan mencoba hal baru,â tegasnya.
Berbeda dengan Radit dan Nicholas, Najwa Shihab melihat passion bak cinta yang harus dibuktikan. Ia menekankan bahwa wujud passion bisa berubah, tetapi nilai dasarnya harus tetap sama.
âSaya dulu di lapangan, sekarang lewat Narasi. Tujuan saya tetap, yakni menjaga publik mendapat informasi yang benar,â terangnya.
Najwa juga menyoroti pentingnya dua keterampilan utama untuk bertahan di era perubahan cepat, yakni adaptasi dan konsistensi. Adaptif membuat kita relevan, sementara konsistensi menjaga kejujuran dalam berkarya.
âPassion penting, tapi kontribusi, tanggung jawab, dan rasa bermakna juga yang membuat kita berkembang,â imbuhnya.
Menjelang akhir acara, Najwa memberikan pesan khusus untuk mahasiswa UNAIR agar berani mencoba sejak bangku kuliah.
âMahasiswa punya kemewahan waktu dan ruang untuk gagal. Jangan menunda, jangan kebanyakan alasan. Mulailah sekarang, habiskan stok malumu di masa muda,â pungkasnya.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar