Cari

Siswa

Kisah Stephani, Gadis Sumbawa Raih Sarjana Hukum UGM dengan IPK 4.00 di Usia 21 Tahun



Schoolmedia News Jogyakarta === Stephani Gabriella Wijayawati, 21 tahun, asal Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu dari 3.664 lulusan sarjana dan sarjana Universitas Gadjah Mada yang diwisuda pada Rabu (26/8) lalu di Grha Sabha Pramana UGM.

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata untuk lulusan Program Sarjana Periode ini adalah 3,59. Stephani berhasil menyelesaikan masa studi dalam empat tahun dengan capaian IPK sempurna, 4.00.

Stephani mengaku bersyukur berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana dengan IPK sempurna di usia 21 tahun dengan masa studi 4 tahun. Menurutnya, capaian ini tidak lepas dari dukungan dari orang tua dan motivasi diri.“Sebenarnya perjuangan IPK 4.00 itu tidak sengaja, saya hanya berusaha untuk membanggakan orang tua saja dan mencoba menenangkan mereka bahwa saya diberi kesempatan untuk kuliah dan saya sudah menggunakannya sebaik mungkin,” katanya kepada wartawan.

Ia mengaku beruntung bisa mengenyam pendidikan tinggi, sebab menurunnya, banyak teman sebayanya di Sumbawa yang tidak bisa melanjutkan kuliah dengan berbagai faktor kondisi ekonomi.

“Dari Sumbawa sendiri, masih sangat banyak anak yang tidak bisa kuliah atau bisa kuliah tapi berhenti di tengah tengah karena ekonomi tiba-tiba susah. Saya mencoba mengingat bahwa setiap langkah saya di Pulau Jawa itu dibayar mahal oleh orang tua saya, sehingga tidak boleh bagi saya untuk semena-mena menggunakan kesempatan tersebut,” ujarnya.

Suka Tantangan dan Kompetisi

Motivasi Stephani memilih studi hukum diakuinya karena ia menyukai  tantangan mengurusi perkara-perkara di persidangan yang memungkinkan ada yang menang dan kalah dalam sidang di meja hijau tersebut.

“Memenangkan perkara dalam sidang itu menjadi sesuatu yang menantang. Tapi selain itu, sebenarnya dari sisi lain fakultas hukum itu sangat versatile, ilmunya bisa digunakan untuk berbagai macam pekerjaan,” tuturnya.

Dalam menjalani perjalanan akademik, Stephani memegang prinsip sederhana, selalu punya tujuan baru, baik saat berhasil maupun gagal.

“Saya sering diberitahu bahwa hidup yang paling sederhana itu hidup yang senantiasa ada tujuannya. Ketika tujuan itu tercapai, buatlah tujuan baru. Ketika tujuan itu gagal, buat tujuan baru. Selalu hidup berorientasi kepada masa sekarang dan apa yang masa sekarang dapat kontribusikan kepada masa depan,” ungkapnya.

Ia bahkan mengutip filosofi pemain tenis legendaris Roger Federer sebagai pegangan hidup, a point is just a point, dalam artian hidup itu harus terus berjalan, kita tidak boleh terlalu terlena dalam prestasi kita dan tidak boleh juga terlalu terlena dalam kegagalan.

“Tapi harus selalu melanjutkan hidup dengan tujuan baru,” pesannya.

Capaian Stephani menjadi inspirasi bahwa kesempatan menempuh pendidikan tinggi adalah sebuah tanggung jawab yang harus dijalani dengan sepenuh hati, serta bukti nyata bahwa anak muda dari daerah dapat berprestasi di tingkat nasional bahkan internasional. Saat ini, ia telah meniti karier sebagai trainee associate di firma hukum ternama Assegaf Hamzah & Partners.

Tim Schoolmedia

Tokoh Sebelumnya
141 Tokoh Nasional Mendapat Tanda Kehormatan Dari Pemerintah, Mendikdasmen Dapat Bintang Mahaputera

Tokoh Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar