Cari

Prof Dr Atip Latipulhayat: “Program Revitalisasi Sekolah, Membangun Tak Sekadar Fisik Tapi Berdampak Nyata Bagi Masyarakat dan Pendidikan”



Schoolmedia News Jakarta == Masa depan pendidikan dasar dan menengah  di Indonesia tak hanya tentang pembangunan fisik, namun juga tentang akuntabilitas dan kebermanfaatan nyata. Pesan inilah yang digemakan oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Atip Latipulhayat, dalam acara Finalisasi Dokumen Perencanaan dan Penandatanganan PKS Program Revitalisasi PAUD Tahap 6 dan Pembangunan USB PAUD Tahap 2 Tahun 2025.

Bertempat di Jakarta, dalam acara yang berlangsung dari Minggu hingga Rabu (27-30/7), Prof. Atipulhayat memberikan wejangan penting kepada 130 satuan PAUD calon penerima bantuan Revitalisasi PAUD dan 6 satuan PAUD calon penerima bantuan Unit Sekolah Baru (USB) PAUD.

 Beliau  menekankan pentingnya amanah dan kepatuhan terhadap seluruh ketentuan dalam memanfaatkan bantuan pemerintah ini.

Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Padjajaran Bandung ini secara lugas menegaskan bahwa mengikuti aturan hukum, petunjuk teknis, dan pedoman secara tepat akan menghindarkan permasalahan di kemudian hari terkait temuan pemeriksa. "Insyaallah Bapak dan Ibu dapat melaksanakan amanah bantuan pemerintah ini secara baik," ujar Prof. Atip, penuh keyakinan.

Bukan Sekadar "Sukses Sampai Susre". penerima bantuan revitalisasi satuan pendidikan diminta fokus pada kebermanfaatan yang optimal. Dalam sambutannya, Prof. Atipulhayat menyoroti pentingnya akuntabilitas dalam pembangunan fasilitas pendidikan. Baginya, keberhasilan tak hanya diukur dari selesainya pembangunan, melainkan juga dari pemanfaatan optimal fasilitas tersebut untuk kegiatan belajar mengajar.

"Membangun itu bukan sekadar selesai, tapi berdampak nyata dan terlihat kebermanfaatannya," tegas Prof. Atip.

Ia bahkan menyoroti fenomena miris di lapangan: "Ada beberapa kasus di lapangan sekolah sudah dibangun, fasilitas sudah ada, tetapi tidak pernah digunakan untuk kegiatan belajar. Akhirnya diklaim sebagai sukses, padahal kenyataannya hanya sukses dalam laporan, bukan dalam kenyataan,” ujarnya.

“Suksesnya itu sukses ‘sampai susre’ artinya  tidak ada kegiatan, tidak ada anak-anak yang belajar, kosong. Itu terjadi. Di dunia nyata. Di dunia yang sedang menuntut pertanggungjawaban," lanjutnya.

Wamen Atipulhayat menegaskan bahwa ini adalah momen untuk fokus pada pertanggungjawaban riil. "Nah, karena itulah sebelum kita bicara soal pertanggungjawaban di tingkat global atau nasional, kita mulai dulu dengan pertanggungjawaban di sini, dari Bapak dan Ibu sekalian. Siap, ya, Bapak Ibu? Alhamdulillah,” ujarnya disambut antusias.

Ia menambahkan keyakinan bahwa dengan niat, komitmen, dan tanggung jawab bersama, pelaksanaan program ini akan berjalan baik karena semua sudah disiapkan dengan matang.

 

Ekologi Pemanfaatan dan Ramah Anak

Prof. Atipulhayat juga mendorong agar perubahan yang telah dilakukan dilanjutkan ke tahap ketiga, yaitu dipungsikannya fasilitas sebagaimana mestinya. Artinya, tak hanya selesai dibangun, tetapi benar-benar digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar sesuai tujuan awal.

Untuk memastikan hal ini, ia mengusulkan sistem monitoring yang efektif, yang disebutnya sebagai "ekologi pemanfaatan". Sistem ini akan dilakukan secara berkala, misalnya satu bulan atau enam bulan setelah fasilitas digunakan, guna mengetahui apakah fasilitas tersebut benar-benar bermanfaat dan "hidup."

Meskipun menyadari bahwa transformasi pendidikan masih panjang, Prof. Atipulhayat mengingatkan para hadirin akan pentingnya program ini sebagai bagian dari inisiatif quick win (program hasil cepat dan nyata) Presiden. "Maksudnya bukan hanya cepat dibangun, tetapi cepat terlihat dampaknya. Itu yang dilihat dan dinilai langsung oleh Bapak Presiden," jelasnya.

Oleh karena itu, ia menekankan agar memastikan hasil yang betul-betul nyata dan berdampak, serta tak lupa menyiapkan mekanisme pemeliharaan setelah pembangunan selesai. "Jangan sampai baru setahun, bangunannya sudah terlihat seperti usang. Padahal itu baru, dan menjadi tempat belajar anak-anak kita yang semangatnya luar biasa," pesannya.

Sebagai penutup, Prof. Atipulhayat memberikan perhatian khusus pada aspek ramah anak dalam perencanaan. Ia mengusulkan agar para perencana memikirkan penggunaan bahan bangunan easy-clean yang mudah dibersihkan namun tetap aman. Hal ini sebagai bentuk fasilitasasi ekspresi anak-anak yang gemar mencoret-coret tembok, namun tetap dengan cara yang bijak dan bertanggung jawab.


Peliput : Eko Harsono dan Muhammad JP

 

Lipsus Selanjutnya
Gelombang Mundurnya 160 Guru Sekolah Rakyat — Ketika Idealisme Terkendala Realita
Lipsus Sebelumnya
Mendikdasmen Resmikan 4 SMK Jadi Badan Layanan Umum Daerah di Jambi

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar