Foto: Dezeen
Schoolmedia News, Inggris – Selain sampah plastic, limbah sisa tekstil juga menjadi penyebab rusaknya lingkungan. Sampah dengan bahan yang tidak mudah terurai ini lah yang sering mendatangkan masalah. Tak heran jika sekarang ini banyak perusahaan yang membuat produk ramah lingkungan. Hampir di semua sektor industri berlomba-lomba menciptakan produk berlabel eco-friendly atau ramah lingkungan.
Sekarang ini industri fashion yang ikut mengembangkan produk eco-friendly. Dengan bahan pakaian ramah lingkungan, ternyata industri fashion mampu berkontribusi untuk menjaga kelestarian bumi ini. Diketahui desainer blasteran Kanada-Iran, Roya Aghighi mewujudkannya dengan menciptakan tekstil berbahan alga (ganggang) hidup yang dapat berfotosintesis saat dikenakan manusia.
Berdasarkan data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), industri fesyen ternyata bertanggung jawab atas 10 persen emisi karbon dari semua gas rumah kaca yang dipancarkan secara global. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu industri yang paling berpolusi di dunia. Diberi nama Biogarmentry, kain ini juga disebut sebagai kain yang 'hidup'.
Baca juga: Ratu Elizabeth II Ijinkan Kediamannya Dibuka untuk Bioskop Drive-In
Kain ini terbuat dari alga yang bisa membersihkan udara di sekitarnya. Konsep kain ini dibuat Roya Aghighi, seorang desainer bersama dengan sekelompok ilmuwan dari University of British Columbia (UBC) dilansir dari Dezeen, Senin (7/9/2020). Bahan tekstil biofabrikasi yang mampu berfotosintesis ini dapat memurnikan udara di sekitarnya karena oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis alga.
Dijelaskan bahwa proyek biogarmentri dirancang untuk mengatasi peningkatan drastis dampak lingkungan dari limbah tekstil dan polusi udara. Proyek ini menggunakan bidang biologi dan desain sintetis sebagai cara untuk membuka kemungkinan baru bagi masa depan dunia mode. Produk ini diklaim sebagai tekstil hidup dan berfotosintesis pertama di dunia.
Biogarmentri kemudian didesain menjadi pakaian tipis, hampir transparan berbentuk seperti jubah dengan sel-sel alga yang menyebar di lapisan kain. Roya ingin orang membayangkan bahwa pakaian yang mereka kenakan itu seperti makhluk hidup lainnya, sehingga orang akan mengubah cara mereka merawat pakaian.
Foto: Dezeen
Prototipe biogarmentri ini untuk sementara masih dalam tahap awal penelitian dan desain. Masih memerlukan proses panjang hingga akhirnya dapat diproduksi secara massal. Nantinya, pembeli perlu menjemur pakaian biogarmentri selama dua jam sebelum memakainya. Sinar matahari dan semburan air yang digunakan untuk berfotosintesis akan menghidupkan sel tunggal ganggang Chlamydomonas reinhardtii pada kain.
Siklus hidup tekstil fotosintetik ini bergantung pada cara perawatannya, maka perlu ada perhatian eksklusif agar biogarmentri tetap hidup. Inilah yang diharapkan dapat mendorong pergeseran persepsi tentang cara memperlakukan dan membangun hubungan yang lebih intim dengan barang-barang mode.
Tinggalkan Komentar