
SCHOOLMEDIA Jakarta = Di atas kanvas yang putih bersih, goresan warna mulai membentuk sebuah siluet yang sangat dikenali. Bukan jemari tangan yang menari lincah memegang kuas, melainkan bibir dan gigi Tegar yang menjepitnya dengan erat.
Tegar, murid kelas IV Sekolah Luar Biasa (SLB) Mandiri Putra Karanganyar, adalah seorang penyandang tunadaksa. Namun, keterbatasan fisik tak sedikit pun membatasi imajinasinya. Dengan penuh ketelitian, ia menyelesaikan lukisan wajah Presiden RI yang telah ia kerjakan sejak awal Desember lalu.
"Aku senang sekali dapat menyelesaikan lukisan Presiden RI!" ujar Tegar dengan mata berbinar penuh kebanggaan.
Momen haru sekaligus inspiratif ini menjadi sorotan utama dalam Puncak Gelar Karya Vokasi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) 2025 yang berlangsung di Jakarta, Kamis (18/12). Tegar menyerahkan langsung karyanya kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti.
Bagi Menteri Mu'ti, lukisan Tegar bukan sekadar karya seni. Ia adalah simbol keberhasilan ekosistem pendidikan yang inklusif. "Lukisan Tegar menunjukkan bahwa Gelar Karya Vokasi PKPLK 2025 telah menjadi ruang setara yang terbuka dan apresiatif terhadap keberagaman potensi," tuturnya.
Ruang Panen Karya dan Refleksi
Gelar Karya yang berlangsung selama dua hari (17-18 Desember 2025) ini bukan hanya seremoni penutupan tahun. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Dirjen Diksi PKPLK), Tatang Muttaqin, menyebutnya sebagai "ruang panen karya" dan "lembaran perjalanan."
Lebih dari 1.500 pengunjung menyaksikan bagaimana sekat-sekat perbedaan melebur. Di 22 stan yang ada, kolaborasi tercipta antara SMK, SLB, Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), hingga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Pengunjung tidak hanya menonton, tapi juga terlibat dalam berbagai lokakarya unik. Mulai dari belajar seni menghias kuku (nail art gel) dari Puspita Martha, meracik kopi ala barista dari LKP Sangkuriang, hingga membuat pastri cantik bersama LPP Ariyanti.
Melampaui Sekadar Keahlian Teknis
Visi besar Kemendikdasmen melalui ajang ini adalah mewujudkan "Pendidikan Bermutu untuk Semua." Namun, ada satu pesan kuat yang ditekankan oleh Menteri Mu'ti: ia ingin anak-anak vokasi tidak hanya berhenti menjadi pekerja.
"Kita ingin mereka go beyond, melampaui keahlian teknis. Bukan hanya untuk menjadi pekerja, tetapi juga mampu membuka lapangan kerja," tegas Mu'ti.
Semangat kemandirian ini tercermin jelas di panggung acara. Talenta-talenta luar biasa seperti SMK Musik Perguruan Cikini dan SMKN 2 Kasihan (Sekolah Musik Yogyakarta) tampil memukau. Puncaknya, Putri Arianiâalumni SMKN 2 Kasihan yang telah mendunia lewat America's Got Talentâturut hadir memberikan performa yang membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk mencapai martabat tertinggi di mata dunia.
Menuju Ekosistem yang Berkelanjutan
Gelar Karya Vokasi PKPLK 2025 mungkin telah berakhir secara seremonial, namun dampaknya diharapkan terus mengalir. Berbagai praktik baik yang dipamerkan, seperti teknologi koding untuk anak hingga produksi film pendek karya murid SMK, diharapkan dapat direplikasi di daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.
Melalui sosok-sosok seperti Tegar dan Putri Ariani, publik diajak untuk melihat perubahan mendasar dalam dunia pendidikan vokasi: bahwa setiap anak, apa pun latar belakangnya, memiliki tempat di bawah matahari untuk berkarya dan memimpin negeri ini di masa depan.
Sebagaimana pesan penutup dari Mendikdasmen, mereka inilah yang akan mengangkat harkat dan martabat Indonesia untuk tetap berdiri tegak di atas kaki sendiri.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar