
Schoolmedia News Lampung == Kompleks Badan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Lampung, khususnya di sekitar Aula Sang Bumi Ruwai Juwai, pada Rabu, 19 November 2025, bertransformasi menjadi taman bermain raksasa yang riuh dengan gelak tawa.
Ratusan anak usia dini berkumpul, bukan untuk menunduk pada layar gawai, melainkan untuk merasakan kembali keseruan dari sembilan jenis permainan tradisional yang serentak dihidupkan dalam rangkaian Kampanye Anak Indonesia Hebat (AIH).
Kampanye AIH, sebuah inisiatif yang diprakarsai oleh Direktorat PAUD Kemendikdasmen, kali ini hadir dengan fokus yang lebih luas dari sekadar penyerahan bantuan. Misi utamanya adalah revitalisasi budaya bermain anak, sebuah upaya penting untuk mengimbangi arus digital yang semakin deras.
Berkat kolaborasi apik dengan Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional (KPOTI), sembilan pos permainan tradisional pun dibuka dan langsung diserbu oleh anak-anak dengan antusiasme membara.
Sejak mentari pagi mulai menghangatkan bumi Lampung, sembilan pos permainan telah memancing antusiasme tinggi. Kegembiraan terpancar jelas dari wajah-wajah polos yang berlomba ketangkasan melompat di kotak-kotak Engklek, beradu keseimbangan saat berjalan Selorodtan yang licin, hingga adu lari seru dengan kinciran yang mengundang tawa.
Permainan lain seperti gasing bambu, menyusun balok dan tangga, Ular Naga Panjangnya yang berkelok-kelok, Bentengan yang membutuhkan strategi, Gala Asin yang memacu adrenalin, Congklak dan lilin warna yang penuh misteri, dan Egrang Batok yang menantang keseimbangan, menjadi saksi bisu betapa sederhana dan autentiknya kebahagiaan anak-anak Indonesia.
Di tengah hiruk pikuk permainan, terdengar celotehan riang, "Ayo, jangan sampai kalah!" atau "Aku duluan yang sampai finish!". Teriakan-teriakan ini menjadi melodi indah yang mengiringi kembalinya permainan tradisional ke tengah kehidupan anak-anak.
Kuis Berhadiah dan Penegasan Karakter
Suasana semakin memanas di sesi interaktif, khususnya saat kuis berhadiah sepeda digelar. Momen ini sukses memicu antusiasme luar biasa dari para peserta cilik. Mata mereka berbinar-binar, seolah membayangkan indahnya memiliki sepeda baru untuk berkeliling kampung.
"Siapa yang mau bawa pulang sepeda ini?" tanya ibu Direktur Pendidikan Anak Usia Dini Dr Nia Nurhasanah M.Pd dengan nada bersemangat, yang disambut teriakan nyaring dan acungan tangan dari ratusan anak.
Direktur PAUD meminta Bunda PAUD Provinsi Lampung bersama dua Staf Ahli Menteri untuk memberikan pertanyaan.
"Pertanyaannya mudah saja. Coba sebutkan, siapa nama Gubernur Provinsi Lampung saat ini?" ujar Ibu Gubernur Provinsi Lampung.
Sejumlah anak pun berlari ke atas panggung. Dan mencoba menjawab. Namun sebagian anak menjawab nama depan bukan nama lengkap sang Pemimpin Kota Tapis Berseri.
Tangan-tangan mungil terangkat tinggi, berebut untuk menjawab pertanyaan. Setelah melewati seleksi yang ketat, seorang anak Kartika berhasil menyebutkan nama orang nomor satu di Lampung tersebut dengan lantang dan tepat, yang langsung membuatnya berhak membawa pulang hadiah utama berupa sepeda impian. Sorak sorai dan tepuk tangan membahana, ikut merayakan kemenangan kecil sang anak.
Antusiasme berlanjut saat giliran Staf Ahli Bidang Regulasi dan Hubungan Antar Lembaga Kemendikdasmen, Bapak Prof Dr Biyanto, yang maju mengajukan pertanyaan. Kali ini, fokusnya adalah pada nilai-nilai luhur yang ditanamkan dalam kampanye AIH. Pertanyaan ini bukan hanya menguji ingatan, tetapi juga menanamkan pemahaman tentang pentingnya karakter bagi generasi penerus bangsa.
"Anak Indonesia Hebat punya 7 kebiasaan. Siapa yang ingat dan berani maju ke depan menyebutkan semuanya?" tanya Bapak Biyanto dengan senyum ramah.
Seorang murid PAUD, Arafah dengan didampingi gurunya yang setia, dengan percaya diri merangkai satu per satu poin penting dari 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, mulai dari berkarakter mulia, berkreasi tanpa batas, hingga berkolaborasi membangun bangsa. Momen ini menjadi penegasan bahwa kampanye ini bukan sekadar seremonial belaka, tetapi juga merupakan upaya penanaman nilai holistik yang akan membentuk generasi emas Indonesia.
Permainan Tradisional Bentuk Karakter: Warisan Budaya yang Berharga
Melihat betapa meriah dan edukatifnya festival bermain ini, Bunda PAUD Provinsi Lampung, Ibu Purnama Wulan Sari Mirza, menyampaikan kesan mendalamnya. Ia hadir bukan hanya sebagai pejabat, tetapi juga sebagai seorang ibu yang peduli terhadap tumbuh kembang anak-anak.
"Saya sangat gembira melihat tawa anak-anak hari ini di Aula Sang Bumi Ruwai Juwai. Permainan tradisional bukan hanya hiburan semata, ini adalah media belajar yang luar biasa," tutur Ibu Purnama Wulan Sari Mirza dengan mata berbinar.
Ia menekankan bahwa melalui permainan rakyat, anak-anak secara alami belajar tentang kejujuran, sportivitas, kerja sama tim, dan nilai-nilai luhur lainnya. Nilai-nilai ini, menurutnya, sangat krusial dalam membentuk karakter Generasi Emas Indonesia di masa depan. Permainan tradisional bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga warisan budaya yang berharga dan harus dilestarikan.
Permainan tradisional bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental, mengembangkan keterampilan sosial dan kreativitas, serta mengajarkan nilai-nilai positif seperti sportivitas dan kerja sama. Selain itu, permainan ini juga membantu mengurangi ketergantungan pada gadget dan melestarikan budaya.
Meningkatkan kesehatan fisik: Permainan tradisional seperti lompat tali atau engklek melibatkan gerakan fisik yang melatih motorik kasar (berlari, melompat) dan halus, serta menjaga kebugaran tubuh.
Mengasah kemampuan kognitif: Aturan dalam permainan membutuhkan pemikiran logis, strategi, dan perhitungan, yang dapat meningkatkan kecerdasan.
Meningkatkan kesehatan mental: Permainan ini dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan rasa percaya diri, dan mendorong kebahagiaan.
Mengelola emosi: Menghadapi kemenangan dan kekalahan dalam permainan melatih anak untuk mengelola emosi, bersabar, dan tidak mudah menyerah.
Manfaat sosial dan karakter dap meningkatkan keterampilan sosial: Anak belajar berinteraksi, berkomunikasi, memahami aturan, bekerja sama, dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
Mengembangkan kreativitas: Banyak permainan tradisional tidak memerlukan alat canggih, sehingga mendorong anak untuk berkreasi dan berimajinasi dengan alat sederhana.
Menumbuhkan sportivitas: Anak diajarkan untuk menghargai aturan, menerima kekalahan dengan lapang dada, dan menghormati lawan.
Menanamkan nilai positif: Permainan tradisional menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, gotong royong, dan empati.
Workshop untuk Orang Tua dan Guru: Memastikan Keberlanjutan Kampanye
Acara kemudian ditutup dengan sesi workshop yang ditujukan khusus untuk orang tua dan guru. Workshop ini bertujuan untuk memastikan bahwa semangat dan ilmu yang didapat dari Kampanye Anak Indonesia Hebat ini terus diimplementasikan dalam pengasuhan dan pendidikan sehari-hari. Para peserta workshop mendapatkan materi tentang bagaimana mengintegrasikan permainan tradisional ke dalam kegiatan belajar mengajar, serta bagaimana menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak secara optimal.
Kampanye Anak Indonesia Hebat di Lampung ini menjadi bukti nyata bahwa permainan tradisional masih relevan dan memiliki daya tarik yang kuat bagi anak-anak. Upaya revitalisasi budaya bermain anak ini diharapkan dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi daerah lain di seluruh Indonesia.
Dengan melestarikan permainan tradisional, kita tidak hanya memberikan hiburan bagi anak-anak, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur yang akan membentuk karakter mereka menjadi generasi penerus bangsa yang hebat.
Peliput : Eko B Harsono
Tinggalkan Komentar