Schoolmedia News Jakarta ---- Tim dokter Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr Mohammad Rizki Akbar, Sp.JP(K) menyampaikan sedikitnya melayani 10 pasien penyakit jantung di pelayanan rawat jalan KKHI Makkah setiap harinya.
“Di poli risti (poli rawat jalan untuk jemaah risiko tinggi), kami melakukan pelayanan antara 10-20 pasien per hari” ujar dr. Rizki
Secara umum, jemaah yang menjalani pemeriksaan diketahui memang sudah memiliki riwayat penyakit jantung sejak di Indonesia. Namun ada kelompok pasien yang sebelumnya tidak mengetahui bahwa dirinya punya penyakit jantung.
Ada kesamaan pemicu yang menyebabkan kekambuhan penyakit jantung dari kedua kelompok pasien, yaitu aktivitas fisik yang terlalu berat, ujar dr Rizki. Meskipun pada kelompok yang memiliki riwayat penyakit jantung, ditambahi dengan alpa nya aktivitas minum obat rutin.
“Sementara yang sebelumnya tidak mengetahui punya penyakit jantung, karena dipicu ibadah fisik yang cukup berat, muncul baik dalam bentuk keluhan nyeri dada maupun keluhan sesak nafas” ujar dr. Rizki.
Selain aktivitas fisik, umumnya pasien sudah memiliki faktor risiko yang dapat menjadi pemicu, lanjut dr. Rizki. Ditambah dengan cuaca yang ekstrim di Arab Saudi.
“Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kelainan jantung. Jadi kalau jemaah dengan aktivitas yang tinggi dan tidak dikontrol obat obatan, menyebabkan tekanan darahnya naik dengan cepat, jadi itu bisa memicu untuk munculnya kelainan jantung.” dr. Rizki mencontohkan.
dr. Rizki mengingatkan jemaah haji harus mengetahui batas kemampuan fisik diri sendiri, mengingat ibadah haji merupakan ibadah yang melibatkan aktivitas fisik yang berat. Selain itu jemaah juga diminta untuk minum obat rutin tepat waktu.
“Sehingga diharapkan tidak muncul keluhan.” harapnya.
dr. Rizki juga meminta jemaah yang mengalami keluihan, segera melaporkan kondisinya kepada tenaga kesehatan di kloter
“Setiap jemaah yang kemudian merasakan adanya keluhan, sebaiknya langsung sampaikan kepada dokter kloternya untuk dievaluasi apakah ada masalah dengan kondisi kesehatannya” ucapnya
Seruan terhadap jemaah haji untuk menjaga kondisi kesehatan terus digaungkan oleh PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan. Terutama menjelang puncak haji di Armuzna pada 8-13 dzulhijjah, demi kesempurnaan Ibadah jemaah. Hal ini disampaikan oleh Koordinator Promosi Kesehatan PPIH dr. Edy Supriatna, Senin (27/6)
“Sehat adalah yang utama, tidak sehat tidak bisa beribadah” ucap dr. Edy
Dalam pesan pesan promosi kesehatan, pesan utama yang disampaikan diantaranya adalah #jangantungguhaus, selalu gunakan Alat Pelindung Diri saat keluar pemondokan, hingga yang paling utama adalah harus menyesuaikan aktivitas ibadah yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi kesehatan jemaah, terutama bagi jemaah haji yang memiliki faktor risiko.
“Jadi mohon untuk jemaah haji yang memiliki faktor risiko, mohon bisa menyesuaikan aktivitas fisiknya agar tidak terjadi kelelahan” ujar dr. Edy.
Di Arafah, lanjut dr, Edy, jemaah haji harus mengantisipasi cuaca panas, sama seperti yang dilakukan selama di arab saudi, mulai dari membiasakan diri minum air, menghindari pajanan matahari, dan hindari kelelahan.
“Intinya di armuzna jangan lakukan aktivitas keluar tenda yang tidak ada kaitan dengan Ibadah haji. Itu yang harus betul betul dipatuhi oleh Jemaah haji.” tambah dr. edy
Dr. Edy juga menghimbau jemaah untuk menjaga dirinya agar tidak mengalami dehidrasi dengan rajin minum air dan air yang mengandung elektrolit. Jemaah tidak perlu khawatir akan sering buang air kecil di tengah cuaca yang panas dengan kelembaban rendah seperti di Arab Saudi.
Kalau minum 200 ml per jam, tidak akan menimbulkan dia sering buang air kecil. Energi akan keluar lewat evaporasi, karena kita tidak berkeringat.” ucap dr. Edy
Kondisi dehidrasi harus dihindari Jemaah Haji agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang lebih serius.
“Di kondisi yang sangat ekstrim, jamah tidak sadar untuk minum, potensi paling berat bisa terjadi heat stroke, itu yang kita hindari.” lanjutnya.
Jemaah juga diminta untuk mengikuti anjuran pemerintah terkait dengan waktu melempar Jumrah. Untuk menghindarkan diri dari terik sengatan matahari dan sebagai bentuk antisipasi terhadap risiko kesehatan
“Sudah ada aturan yang ditetapkan pemerintah yaitu waktu waktu melontar jumrah sesuai dengan waktu yang ditetapkan, jemaah harus ikuti.” tambahnya.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar