
Petugas kesehatan mengambil sampel darah Arini (10), anak penderita gangguan mental, di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Gangguan mental yang dialami Arini diduga dipicu tingginya kadar timbal di lingkungan Desa Cinangka akibat peleburan aki bekas ilegal di kawasan itu. Foto Kompas
Schoolmedia News Jakarta == Sekitar 7,9 juta anak Indonesia, atau setara 7,1 persen dari populasi anak, diketahui memiliki kadar timbal dalam darah di atas ambang batas aman. Fakta mengejutkan ini mendorong pemerintah bersama UNICEF mengambil langkah serius untuk menanggulangi bahaya paparan logam berat tersebut melalui penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) Indonesia Bebas Timbal.
Selasa, 28 Oktober 2025, menjadi momentum penting dalam upaya ini. Di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Jakarta, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK, Sukadiono, menerima audiensi Chief of Health UNICEF Indonesia, Dr. Mrunal Shetye. Pertemuan tersebut membahas langkah kolaboratif lintas sektor untuk melindungi anak-anak dan masyarakat dari bahaya timbal yang kian meluas.
Sukadiono menegaskan bahwa isu timbal bukan semata masalah medis, melainkan persoalan besar yang menyentuh berbagai aspek kehidupan. âPaparan timbal bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi juga menyangkut masa depan generasi. Kerusakan saraf, penurunan kemampuan belajar, serta hilangnya produktivitas ekonomi adalah risiko nyata yang harus kita hadapi bersama,â ujarnya.
UNICEF mencatat bahwa hampir 1 dari 3 anak di dunia, atau sekitar 800 juta anak, memiliki kadar timbal dalam darah di atas ambang batas aman 5 µg/dL.
Di Indonesia, sumber paparan berasal dari berbagai sektor: industri peleburan aki dan baterai bekas, cat bertimbal, mainan anak, kosmetik, hingga air dari pipa timbal tua. Masalah ini juga diperparah oleh minimnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya logam berat tersebut.
Turunkan IQ Anak
Paparan timbal pada anak-anak menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang yang tidak dapat diubah. Zat ini menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan gangguan perkembangan otak, menurunkan IQ, serta memicu gangguan perilaku dan konsentrasi. Pada kadar tinggi, timbal bahkan dapat menyebabkan kejang, koma, hingga kematian.
Selain otak, timbal juga merusak organ vital lain. Logam ini menumpuk di darah dan tulang, memicu anemia, gangguan ginjal, serta menurunkan kekebalan tubuh.
Bagi perempuan hamil, timbal sangat berbahaya karena dapat menembus plasenta dan mengganggu perkembangan janin. Bayi berisiko lahir dengan berat badan rendah atau mengalami gangguan kognitif sejak dini.
Kondisi tersebut membuat anak-anak Indonesia, terutama yang tinggal di dekat kawasan industri informal atau lokasi pengolahan limbah baterai, berada dalam ancaman serius. Anak-anak lebih rentan karena kebiasaannya bermain di tanah dan memasukkan tangan ke mulut, sehingga logam beracun lebih mudah masuk ke dalam tubuh.
Dr. Mrunal Shetye dari UNICEF menilai Indonesia memiliki peluang besar menjadi contoh di kawasan Asia dalam pengendalian paparan timbal. Namun, keberhasilan itu sangat bergantung pada sinergi lintas sektor. âMasalah timbal tidak bisa diselesaikan oleh satu kementerian saja. Dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil untuk menciptakan lingkungan yang benar-benar aman bagi anak-anak,â ujarnya.
Menanggapi hal itu, Sukadiono menegaskan bahwa Kemenko PMK siap memimpin koordinasi nasional guna memastikan semua pihak bergerak serentak. âRencana aksi ini akan menjadi langkah konkret menuju lingkungan yang lebih aman dan sehat, terutama bagi anak-anak Indonesia,â katanya.
Sebagai tindak lanjut, UNICEF akan menginisiasi Kick-Off Meeting untuk menyamakan persepsi dan membangun komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan. Pertemuan tersebut menjadi titik awal sinergi nasional menuju Indonesia Bebas Timbalâsebuah agenda strategis yang menempatkan kesehatan anak di pusat kebijakan pembangunan manusia.
Susun Rencana Aksi Nasional
Lebih dari sekadar dokumen kebijakan, Rencana Aksi Nasional Indonesia Bebas Timbal akan menjadi fondasi perubahan besar. Pemerintah berupaya memperkuat regulasi tentang penggunaan cat dan produk bertimbal, meningkatkan pengawasan industri, serta mengedukasi masyarakat agar memahami bahaya logam berat ini.
Langkah menuju Indonesia bebas timbal memang panjang dan penuh tantangan, namun kesadaran akan ancaman yang tersembunyi di balik kemajuan industri membuat gerakan ini tak bisa ditunda. Dalam konteks pembangunan manusia, kebijakan ini adalah wujud keadilan antar generasiâhak anak-anak untuk tumbuh cerdas, sehat, dan produktif di lingkungan yang bebas racun.
âIndonesia Bebas Timbal bukan sekadar slogan,â ujar Sukadiono menutup pertemuan dengan nada optimistis. âIni adalah tanggung jawab moral kita bersama untuk memastikan setiap anak Indonesia dapat tumbuh tanpa dibayangi bahaya yang tak terlihat.â
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar