
Schoolmedia News Jakarta == Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) memberikan catatan penting terhadap rencana program penanaman vegetasi skala besar yang diusung sebagai solusi mitigasi bencana hidrometeorologi.
Kemenko PMK menegaskan bahwa keberhasilan program tidak boleh hanya diukur dari kemeriahan seremoni, melainkan dari keberlanjutan dan dampaknya di lapangan.
Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana Kemenko PMK, Lilik Kurniawan, menekankan perlunya perencanaan yang matang dari BNPB, Kementerian terkait dan BPBD agar kegiatan penanaman benar-benar memberi manfaat nyata bagi lingkungan dan masyarakat.
âJangan sampai seremoni itu hanya bagus di media, tapi setelah itu tidak terawat dan tidak memberikan manfaat. Ini sering kita lihat dan sering kita punya pengalaman seperti itu,â tegas Lilik Kurniawan dalam rapat koordinasi.
Program penanaman pohon dinilai strategis karena menyasar akar permasalahan bencana hidrometeorologi yang diperparah oleh kerusakan lingkungan dan lahan kritis. Lilik Kurniawan menilai inisiatif ini bukan hanya upaya ekologis, tetapi juga memiliki potensi ekonomi, terutama jika hasil tanaman dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
âPastikan pohon yang ditanam tetap hidup dan selain mengurangi risiko bencana, juga dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat,â imbuhnya.
Untuk memastikan efektivitas dan keberlanjutan program, Kemenko PMK mendorong perhatian penuh pada tiga kunci keberhasilan di lapangan:
Validasi Lokasi dan Kepemilikan Lahan
Penentuan lokasi harus dilakukan secara hati-hati. BPBD diminta melakukan survei mendalam terhadap kondisi lahan kritis sekaligus memastikan kepemilikan atau penguasaan lahan agar pohon yang sudah ditanam tidak dicabut atau terganggu.
Keterlibatan Masyarakat dalam Pemilihan Bibit
Jenis bibit tanaman harus dikonsultasikan dengan masyarakat setempat. Hal ini penting agar masyarakat punya rasa memiliki dan berperan aktif dalam merawat tanaman yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayahnya.
Pengawasan Pasca-Tanam yang Konsisten
Tahap ini menjadi titik paling krusial. Diperlukan sistem monitoring yang jelas dan terintegrasi, seperti pelaporan rutin berbasis foto atau sistem digital yang tersambung dengan BNPB, untuk memastikan pohon yang ditanam tetap hidup dan tumbuh dengan baik.
Selain itu, Lilik Kurniawan juga mengusulkan agar peluncuran awal (pre-event) penanaman di daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung Hulu dan DAS kritis lainnya disinergikan dengan Rapat Tingkat Menteri (RTM). Namun, ia menekankan bahwa apabila BPBD menilai persiapan di lapangan belum matang, kegiatan tersebut sebaiknya diundur satu hingga dua minggu agar hasilnya lebih optimal dan tidak sekadar peluncuran.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar