Schoolmedia News Jakarta == Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Warsito menegaskan bahwa pembelajaran mendalam atau deep learning menjadi pilar penting dalam memperkuat karakter generasi muda.
Hal tersebut disampaikan Warsito saat menjadi narasumber dalam Seminar Pendidikan dan Sosialisasi Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran Mendalam Bidang SMA yang digelar di Auditorium Ki Hajar Dewantara, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, pada Senin (15/9/2025).
"Salah satu outcome dari deep learning adalah lahirnya peserta didik dengan jiwa pembelajar tinggi. Mereka tidak hanya menguasai ilmu dan IPTEK, tetapi juga memiliki semangat belajar sepanjang hayat," ungkapnya.
Warsito menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan, mulai dari kesehatan mental remaja, krisis keteladanan, hingga dominasi budaya instan. Menurutnya, ekosistem pendidikan harus mampu melahirkan generasi yang sehat, cerdas, produktif, dan berkarakter.
"Karakter merupakan identitas utama SDM unggul. Ia menjadi fondasi dari semua parameter, mulai dari sehat, kecerdasan, keterampilan, hingga produktivitas," tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa teknologi hanyalah instrumen, sementara karakter adalah fondasi. Karena itu, penguatan pembelajaran mendalam harus terintegrasi dengan pendidikan karakter melalui olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olah raga.
"Guru berperan sebagai aktivator dan kolaborator yang mampu menumbuhkan budaya belajar. Jika guru berhasil bertransformasi, maka bangsa pun akan bertransformasi," tegas Warsito.
Seminar ini juga menghadirkan Wahyu Hendana dari Kelas Pintar yang memaparkan pemanfaatan teknologi dalam mendukung deep learning. Melalui forum ini, diharapkan sekolah-sekolah di DKI Jakarta semakin memperkuat penerapan pembelajaran mendalam yang berorientasi pada penguasaan kompetensi, berpikir kritis, serta penguatan karakter menuju generasi unggul Indonesia Emas 2045.
Tentang Pembelajaran Mendalam
Di banyak ruang kelas hari ini, masih sering kita temui siswa yang sibuk menghafal rumus, definisi, dan teori hanya demi nilai ujian. Begitu lembar jawaban dikumpulkan, sebagian besar pengetahuan itu menguap. Inilah yang disebut pembelajaran dangkalâsekadar mengetahui, tanpa sungguh-sungguh memahami.
Sebaliknya, dunia pendidikan kini mendorong pendekatan berbeda: pembelajaran mendalam (deep learning). Istilah ini bukan sekadar jargon, melainkan sebuah paradigma yang menekankan pemahaman konsep, berpikir kritis, serta kemampuan menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan nyata.
Pembelajaran mendalam adalah proses ketika siswa tidak hanya menguasai materi, tetapi juga mampu menjelaskan kembali dengan bahasa mereka sendiri,
-
Mengaitkan teori dengan praktik,
-
Menyelesaikan masalah baru dengan pengetahuan yang dimiliki,
-
Membangun pola pikir reflektif dan kreatif.
Seorang guru fisika, misalnya, tak lagi sekadar menuntut siswa menghafal rumus gaya. Ia bisa mengajak siswa mengukur gaya dorong saat bermain ayunan atau menghitung tekanan ban sepeda. Dengan begitu, ilmu tidak berhenti di papan tulis, melainkan hidup di keseharian.
Era informasi menuntut lebih dari sekadar mengingat fakta. Internet bisa menjawab definisi dalam hitungan detik, tetapi kemampuan memahami, menganalisis, dan menerapkan pengetahuan adalah hal yang membedakan manusia dari mesin pencari.
Penelitian pendidikan menunjukkan bahwa siswa yang terbiasa dengan pembelajaran mendalam memiliki: Daya tahan belajar lebih lama, Kemampuan kolaborasi lebih baik, Kesiapan menghadapi tantangan nyata di dunia kerja.
Namun, menerapkan pembelajaran mendalam tidak selalu mudah. Keterbatasan waktu, beban kurikulum, hingga budaya belajar yang masih berorientasi pada ujian sering menjadi hambatan. âAnak-anak jadi lebih suka mencari jawaban cepat ketimbang memahami proses,â kata seorang guru SMA di Bengkulu.
Selain itu, peran guru sangat krusial. Dibutuhkan kreativitas, kesabaran, dan metode yang tepat agar kelas tidak hanya menjadi tempat mendengar ceramah, melainkan ruang dialog dan eksplorasi.
Pembelajaran mendalam bukan sekadar metode, melainkan filosofi pendidikan. Ia mengajarkan bahwa tujuan belajar bukan hanya lulus ujian, tetapi juga membentuk cara berpikir yang kritis, terbuka, dan berakar pada kehidupan nyata.
Seperti kata pepatah pendidikan: pendidikan sejati bukan tentang seberapa banyak yang kita tahu, melainkan bagaimana kita memahami dunia dan mengubahnya.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar