Cari

Peran Sains dan Teknologi Terhadap Penguatan Moderasi Beragama di Kalangan Generasi Z



Schoolmedia News Bandung == Prof. Dr. Yedi Purwanto, M.Ag., Guru Besar dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) menyampaikan orasi ilmiah berjudul Peran Sains dan Teknologi terhadap Penguatan Moderasi Beragama di Kalangan Generasi Z Menuju Indonesia Emas 2045, Studi Kasus di ITB. Orasi disampaikan di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu.

Fenomena kecenderungan pandangan ekstrem di kalangan generasi muda menjadi salah satu isu yang diangkat dalam orasi tersebut. Prof. Yedi menjelaskan bahwa kecenderungan ini berpotensi memicu konflik horizontal di tingkat lokal hingga global, dan sering berakar dari kurangnya pemahaman yang terbuka terhadap keberagaman.

Melalui kajian ini, beliau menawarkan pendekatan berbasis sains dan teknologi sebagai upaya memperkuat cara berpikir kritis, toleran, dan inklusif di kalangan Generasi Z, kelompok usia yang saat ini menjadi demografi dominan dan memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa ke depan.

Beliau menyampaikan bahwa moderasi beragama bukan sekadar konsep, melainkan juga sikap dan praktik yang mengedepankan keseimbangan, toleransi, penolakan terhadap kekerasan, serta penghargaan terhadap perbedaan dan kearifan lokal.

Prinsip ini menjadi penting dalam membentuk karakter generasi muda yang hidup dalam masyarakat yang semakin majemuk dan dinamis.

“Pada studi ini, generasi Z dipilih sebagai fokus utamanya karena selain dominan secara jumlah, mereka juga merupakan kelompok yang paling rentan terpapar informasi ekstrem di ruang digital. Oleh karena itu, diperlukan dukungan agar generasi ini tidak hanya cakap secara intelektual (IQ), tetapi juga memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ) dalam menghadapi kompleksitas zaman,” ujarnya.

Prof. Yedi juga menyoroti tujuan utama beragama dalam Islam yang mencakup lima aspek penting, yaitu menjaga agama (Hifz Ad-Din), jiwa (Hifz An-Nafs), akal (Hifz Al-Aql), keturunan (Hifz An-Nasl), dan harta (Hifz Al-Mal). Kelima prinsip ini dinilai relevan dalam membangun kehidupan yang harmonis dan berkeadaban di tengah keberagaman masyarakat.

Berdasarkan data sensus tahun 2020, Generasi Z mencakup 26,46% dari total populasi Indonesia, menjadikannya kelompok dengan jumlah terbesar di antara generasi lainnya.

Dengan karakteristik yang tumbuh dalam lingkungan digital, mereka memiliki potensi besar untuk mendorong kemajuan bangsa sekaligus menghadapi tantangan serius terkait arus informasi yang tidak selalu sehat.

Oleh karena itu, penguatan nilai-nilai kebijaksanaan, inklusivitas, dan moderasi menjadi hal krusial dalam mendampingi tumbuh kembang generasi ini.

Kedekatan Generasi Z dengan teknologi informasi, meskipun memberikan peluang besar, juga menyimpan tantangan tersendiri.

Arus informasi yang tidak terfilter, termasuk hoaks dan narasi-narasi ekstrem yang beredar di media sosial, dapat membentuk cara pandang yang sempit dan tidak seimbang. Hal ini menjadi perhatian penting dalam upaya memperkuat nilai-nilai toleransi dan keberagaman.

Menutup orasinya, Prof. Yedi mengajak seluruh elemen pendidikan, termasuk sivitas akademika ITB, untuk terus memperkuat peran sains dan teknologi dalam membentuk karakter generasi masa depan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak dan berkepribadian inklusif.

Menurutnya, pembangunan menuju Indonesia Emas 2045 membutuhkan generasi yang tidak hanya unggul secara pengetahuan, tetapi juga mampu memahami, menghargai, dan merawat keberagaman sebagai kekuatan bangsa.

Tim Schoolmedia


Artikel Selanjutnya
Tujuh Seruan Moral Rawamangun Untuk Keutuhan NKRI
Artikel Sebelumnya
Kegelisahan Penyandang Disabilitas di Tengah Harapan Indonesia Inklusif

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar