Kunjungan Bunda PAUD Kalimantan Selatan ke Direktorat PAUD
Schoolmedia Jakarta == Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menegaskan komitmennya untuk mentransformasi pembelajaran anak usia dini di Indonesia melalui Program Digitalisasi Pembelajaran. Puncak dari upaya ini adalah pemanfaatan perangkat canggih seperti Interactive Flat Panel (IFP) atau Papan Interaktif Digital di ruang-ruang kelas PAUD.
Namun, teknologi hanyalah alat. Keberhasilan sejati terletak pada kesiapan guru menguasai aspek fundamentalnya, sebuah pesan kunci yang disampaikan oleh Direktur PAUD, Dr. Nia Nurhasanah, M.Pd., saat membuka Webinar Seri Program Digitalisasi Pembelajaran bertema Pengenalan, Instalasi, Konfigurasi, dan Eksplorasi IFPÂ di Jakarta (20/10).
Dalam sambutan pembuka yang hangat, Dr. Nia Nurhasanah memvisualisasikan tantangan dan peluang era digital. "Anak-anak kita adalah generasi digital, mereka lahir dan tumbuh bersama teknologi," ujar beliau.
Oleh karena itu, tugas utama para pendidik adalah memastikan teknologi ini menjadi jembatan emas yang mengantarkan anak-anak pada pengalaman belajar yang lebih efektif, interaktif, dan menyenangkan.
IFP Bukan Tren, tapi Langkah Strategis
Direktorat PAUD memandang Program Digitalisasi Pembelajaran bukan sekadar mengikuti arus tren global, melainkan sebagai sebuah langkah strategis untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan secara tegas berpusat pada anak.
IFP, yang berfungsi sebagai gabungan monitor, proyektor, papan tulis digital, dan komputer, dianggap memiliki potensi luar biasa untuk mengubah suasana kelas.
"Bayangkan sebuah kelas di mana anak-anak tidak hanya duduk pasif mendengarkan, tetapi mereka bisa menyentuh, menggambar, dan berinteraksi langsung dengan materi pembelajaran melalui layar," kata Dr. Nia, membangkitkan antusiasme peserta webinar yang didominasi oleh Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD.
Beliau menambahkan, melalui IFP, guru dapat menyajikan video, suara, dan aplikasi edukatif secara real-time untuk memicu rasa ingin tahu alami anak.
Visi ini sejalan dengan upaya pemerintah melalui Direktorat PAUD di bawah naungan Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah yang telah mulai mendistribusikan bantuan IFP ke puluhan ribu satuan PAUD di seluruh Indonesia.
Kehadiran perangkat ini menjadi simbol harapan baru untuk pendidikan inklusif, memastikan setiap anak mendapatkan akses pada pembelajaran yang terbaik dan relevan dengan zamannya.
Mengatasi Tantangan Teknis
Meskipun potensi IFP sangat besar, Direktur Nia Nurhasanah tidak menutup mata terhadap realitas lapangan. Masih banyak pendidik yang menghadapi kendala teknis dan membutuhkan panduan untuk memaksimalkan perangkat tersebut. Inilah alasan utama fokus webinar kali ini dikembalikan pada aspek "bagaimana" yang paling fundamental: pengenalan, instalasi, dan eksplorasi IFP secara teknis.
"Seluruh pembahasan sebelumnya, seperti Peran Teknologi Interaktif dalam PAUD, Etika Digital, dan Eksplorasi Ruang Murid, telah memberi kita wawasan yang kaya mengenai 'mengapa' dan 'untuk apa' teknologi ini kita gunakan," jelasnya, merujuk pada seri-seri webinar yang telah dilaksanakan sebelumnya.
"Kini, saatnya kita melengkapi pemahaman tersebut dengan kembali ke fondasi dasarnya, yaitu aspek 'bagaimana'."
Dr. Nia memberikan contoh konkret tentang pentingnya penguasaan teknis. Untuk instalasi, guru harus memastikan perangkat terpasang pada ketinggian yang aman dan mudah dijangkau anak, serta terhubung dengan jaringan internet yang stabil.
Sementara itu, untuk eksplorasi, IFP membuka peluang untuk kegiatan inovatif seperti virtual field trip ke kebun binatang, belajar huruf dan angka melalui aplikasi interaktif, atau berkolaborasi menggambar cerita di layar besar.
Dengan menguasai perangkatnya secara teknis, para pendidik akan semakin percaya diri untuk menerapkan berbagai ide dan inspirasi pembelajaran yang telah mereka diskusikan.
Peningkatan keterampilan teknis ini diharapkan dapat mempercepat transformasi pendidikan anak usia dini menuju arah yang lebih inovatif, adaptif, dan menyenangkan, sejalan dengan semangat implementasi Kurikulum Merdeka.
Teknologi sebagai Sahabat Anak
Pesan penutup Dr. Nia Nurhasanah menggarisbawahi pentingnya kesadaran kolektif bahwa teknologi hanyalah alat bantu. Hasil akhir yang diharapkan dari program digitalisasi ini bukan sekadar meningkatnya kemampuan teknis, tetapi yang lebih krusial adalah tumbuhnya kesadaran bahwa teknologi harus selaras dengan nilai-nilai moral, etika, dan prinsip perlindungan anak.
"Kita ingin teknologi menjadi sahabat anak dalam belajar dan bertumbuh kembang, bukan sebaliknya," tegasnya.
Hal ini selaras dengan panduan umum penggunaan teknologi di PAUD, di mana guru ditekankan untuk menyeimbangkan interaksi digital dengan interaksi nyata, serta memastikan IFP tidak menggantikan peran vital guru sebagai fasilitator dan teladan dalam membangun karakter dan menumbuhkan empati anak.
Direktur PAUD mengajak seluruh peserta webinar untuk memanfaatkan kesempatan ini sebagai bekal untuk menjadi agen perubahan di satuan pendidikan masing-masing.
Mari kita bersama-sama wujudkan visi 'Pendidikan Bermutu untuk Semua' melalui pemanfaatan teknologi yang inklusif, adaptif, dan mendukung kualitas pembelajaran anak usia dini di era digital.
Kehadiran narasumber terkemuka seperti Ginanjar Nugraha, M.Kom., M.M. dari Universitas Pendidikan Indonesia, dan moderator Dinda Robayanti, M.Pd. dari Universitas Islam Bandung, menunjukkan keseriusan Direktorat PAUD dalam memberikan bimbingan teknis yang komprehensif.
Diharapkan, ilmu yang didapat dari webinar ini akan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemajuan pendidikan anak usia dini, membawa PAUD Indonesia yang maju dan membanggakan.
Penyuntimg Eko B Harsono
Tinggalkan Komentar