Bangun Masa Depan Sejak Anak Usia Dini, Kuatnya Komitmen Indonesia Lakukan Reformasi PAUD Belajar Dari Jepang, Korea Selatan, dan Singapura
 Schoolmedia News Jakarta == Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto semakin menunjukkan komitmen kuat terhadap pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai landasan utama pembangunan sumber daya manusia.Â
Kebijakan-kebijakan yang diluncurkan tidak hanya melanjutkan program-program yang sudah ada, tetapi juga memperkuatnya dengan inisiatif-inisiatif baru yang inovatif dan relevan dengan tantangan zaman.
Salah satu fokus utama yang menjadi prioritas adalah program Wajib Belajar 13 Tahun. Program ini adalah perluasan dari wajib belajar 12 tahun yang sudah ada, dengan penambahan satu tahun di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD). Langkah ini adalah pengakuan nyata bahwa pendidikan di usia dini sangat krusial dan harus menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional.Â
Dengan demikian, setiap anak Indonesia diwajibkan untuk mendapatkan pendidikan sejak usia dini, memastikan mereka memiliki fondasi yang kuat sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar.
Selain itu, revitalisasi satuan pendidikan juga menjadi agenda penting. Revitalisasi ini mencakup tidak hanya pembangunan fisik dan perbaikan sarana prasarana, tetapi juga peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Pemerintah berupaya memastikan semua lembaga PAUD, baik di kota maupun di pelosok desa, memiliki fasilitas yang layak dan mendukung proses pembelajaran yang efektif. Revitalisasi ini juga termasuk peningkatan kapasitas guru, penyediaan media pembelajaran yang inovatif, dan penerapan kurikulum yang adaptif.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, pemerintah juga meluncurkan program bantuan digitalisasi pembelajaran. Program ini bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses belajar mengajar di PAUD. Hal ini dilakukan melalui penyediaan perangkat digital, pengembangan konten pembelajaran interaktif yang menarik, serta pelatihan bagi para guru agar mampu memanfaatkan teknologi secara optimal. Dengan digitalisasi, pembelajaran di PAUD menjadi lebih kreatif, menyenangkan, dan relevan dengan dunia modern yang akan dihadapi anak-anak.
Semua inisiatif ini mencerminkan pandangan bahwa PAUD adalah investasi jangka panjang yang tidak boleh diabaikan. Komitmen dan perhatian pemerintah yang semakin besar ini adalah bukti keseriusan dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia yang cerdas, sehat, dan adaptif. Dengan fondasi pendidikan yang kuat sejak usia dini, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih cerah, kompetitif, dan berdaya saing global.
Belajar Dari Tiga Negara Asia
Pendidikan anak usia dini (PAUD) kini tidak lagi sekadar tempat bermain sambil belajar, lebih dari itu menjadi fondasi krusial bagi masa depan sebuah bangsa. Di Asia, tiga negara majuââ¬âJepang, Korea Selatan, dan Singapuraââ¬âmenunjukkan komitmen kuat mereka dalam melakukan reformasi kebijakan pendidikan dengan menempatkan pembangunan manusia unggul dimulai sejak usia dini.Â
Masing-masing negara mengusung pendekatan yang berbeda, namun mengarah pada satu tujuan: membentuk generasi masa depan yang cerdas, tangguh, dan berdaya saing tinggi.
Reformasi pendidikan anak usia dini yang dilakukan oleh Jepang, Korea Selatan, dan Singapura menunjukkan kesadaran kolektif bahwa membangun sumber daya manusia unggul harus dimulai sejak dini. Ketiga negara tersebut membuktikan bahwa dengan kebijakan inklusif, kurikulum yang tepat, dan pendanaan yang memadai, PAUD dapat menjadi pilar utama pembangunan nasional.
Indonesia dapat belajar dari model-model reformasi ini untuk memperkuat sistem PAUD nasional. Dalam era kompetisi global dan tantangan disrupsi teknologi, masa depan bangsa ditentukan oleh bagaimana kita memperlakukan pendidikan anak-anak hari ini.
Jepang Buktikan PAUD Kurangi Perilaku KekerasanÂ
Jepang, yang dikenal dengan sistem pendidikan yang disiplin dan efisien, memulai reformasi PAUD melalui pendekatan yang inklusif dan berbasis pemerataan akses. Pemerintah Jepang menyediakan program PAUD gratis bagi anak usia 3ââ¬â5 tahun dan memperluas dukungan kepada keluarga berpenghasilan rendah yang memiliki anak di bawah usia tersebut.
Lebih dari sekadar perluasan akses, reformasi ini juga mencakup integrasi berbagai jenis lembaga PAUD, sehingga orang tua yang bekerja memiliki lebih banyak pilihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan belajar yang stabil, menyenangkan, dan mendukung tumbuh kembang anak secara holistik.
Dampaknya pun signifikan. Studi longitudinal oleh Universitas Tokyo (Mei 2025) mengungkapkan bahwa reformasi ini berhasil menurunkan kejahatan kekerasan remaja hingga 34% dan kehamilan remaja sebesar 17%. Penurunan ini diyakini berasal dari penguatan keterampilan non-kognitif seperti empati, regulasi diri, dan kemampuan bersosialisasi yang diperoleh sejak dini. Temuan ini menjadi bukti bahwa investasi pada PAUD dapat menjadi strategi jangka panjang dalam membangun masyarakat yang lebih aman dan sejahtera.
Korea Selatan: Menuju PAUD Gratis untuk Semua Anak
Korea Selatan mengambil langkah revolusioner dalam reformasi pendidikannya dengan menggratiskan PAUD bagi semua anak mulai tahun 2027. Selain biaya pendidikan, pemerintah juga menanggung biaya penitipan anak berusia 5 tahun, meringankan beban orang tua yang bekerja dan mendorong partisipasi lebih tinggi dalam pendidikan anak usia dini.
Menurut laporan Korea Herald (Juli 2025), Kementerian Pendidikan Korea Selatan telah menggelontorkan 128,9 miliar won atau sekitar Rp1,5 triliun hanya untuk paruh kedua tahun 2025 demi menyukseskan program ini. Langkah ini mencerminkan komitmen serius Korea Selatan dalam menjadikan PAUD sebagai hak universal dan bukan sekadar layanan tambahan.
Diharapkan, melalui kebijakan ini, tidak hanya kesenjangan pendidikan dapat dipersempit, tetapi kesempatan tumbuh kembang anak dari berbagai latar belakang juga menjadi lebih setara. Korea Selatan menunjukkan bahwa kesetaraan dalam pendidikan dapat dimulai bahkan sebelum anak masuk sekolah dasar.
Singapura: Membangun Fondasi Emas sejak Usia Dini
Singapura telah lama dikenal sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Dalam konteks PAUD, pemerintah Singapura menjalankan strategi yang sangat terstruktur dan berorientasi hasil. Salah satu inisiatif unggulannya adalah The Bridging Program, yang dirancang untuk anak-anak yang memerlukan dukungan tambahan sebelum masuk SD. Program ini menekankan pada pengembangan keterampilan bahasa, sosial, dan kognitif, agar anak siap mengikuti pendidikan formal secara optimal.
Di sisi kurikulum, Singapura memiliki National Preschool Curriculum Framework, yang menekankan standar mutu tinggi, pendekatan holistik, dan keseimbangan antara pembelajaran akademik dan karakter. Pemerintah juga menyediakan subsidi pendidikan bagi keluarga kurang mampu, memastikan bahwa tidak ada anak yang tertinggal karena kendala ekonomi.
Capaian Singapura dalam dunia pendidikan tak terbantahkan. Dalam survei PISA 2018, siswa Singapura meraih posisi teratas dalam matematika, sains, dan membaca. Bahkan, 10% siswa dari keluarga miskin mampu masuk dalam kelompok berprestasi tertinggi, angka yang jauh di atas rata-rata negara OECD.
Keunggulan ini lahir dari sistem pendidikan yang:
1. Berbasis Kurikulum Global: Mengintegrasikan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas.
2. Menghargai Kesejahteraan Guru: Guru dipilih melalui proses ketat, diberi pelatihan berkualitas tinggi, serta gaji dan insentif yang kompetitifââ¬âbahkan guru pemula bisa mendapat gaji hingga Rp67 juta per bulan.
3. Menyediakan Infrastruktur Canggih: Sekolah dilengkapi fasilitas modern, dari laboratorium hingga perpustakaan digital.
4. Menawarkan Jalur Pendidikan Beragam: Sistem disesuaikan dengan potensi dan minat siswa, baik akademik maupun vokasional.
5. Pendidikan Bilingual yang Efektif
Pendidikan di Singapura mewajibkan siswa menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa utama dan bahasa ibu seperti Mandarin, Melayu, atau Tamil. Kebijakan ini menciptakan generasi yang mampu bersaing di pasar internasional. Dengan metode bilingual, siswa tidak hanya memahami konteks lokal tetapi juga memiliki akses lebih luas ke pendidikan tinggi dan pekerjaan global. Keterampilan bahasa menjadi salah satu kekuatan utama lulusan Singapura.
6. Pendidikan Anak Usia Dini yang Terstruktur
Pendidikan usia dini di Singapura dikelola oleh Early Childhood Development Agency (ECDA) yang memastikan standar kualitas di semua pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak. Fokus utamanya adalah memberikan landasan kuat dalam pengembangan kognitif dan sosial anak.
Subsidi pemerintah bagi keluarga berpenghasilan rendah memastikan semua anak mendapat akses ke pendidikan dini yang berkualitas. Program ini dirancang untuk mengurangi kesenjangan sosial sejak usia muda.
7. Penekanan pada Pengembangan Karakter dan Kepemimpinan
Sistem pendidikan di Singapura tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pengembangan karakter siswa. Pendidikan moral dan nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan empati ditanamkan sejak dini melalui kegiatan ekstrakurikuler dan program pendidikan karakter.
Selain itu, sekolah-sekolah di Singapura mendorong siswa untuk berperan aktif dalam kepemimpinan. Berbagai kegiatan seperti program pemimpin siswa dan proyek sosial membantu mereka mengasah keterampilan kepemimpinan yang berguna dalam kehidupan profesional maupun pribadi.Â
8. Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran
Teknologi sangat berperan dalam sistem pendidikan di Singapura. Siswa menggunakan platform digital untuk belajar mandiri, sementara guru memanfaatkan data untuk memantau perkembangan siswa secara real-time.
Pendekatan ini meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Dengan dukungan teknologi, siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja. Sehingga pengalaman belajar menjadi lebih fleksibel.
Dengan strategi ini, Singapura tak hanya mencetak siswa unggul, tetapi juga menghasilkan tenaga kerja berkualitas tinggi, yang menopang pertumbuhan ekonomi dan menjaga tingkat pengangguran tetap rendah di angka 3,62%.
Indonesia dengan segala potensi yang dimiliki juga punya kesempatan yang sama untuk menciptakan generasi yang siap bersaing di tingkat global. Langkah awalnya adalah menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama, mulai dari peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru, hingga membangun akses pendidikan yang merata.
Kita tidak perlu meniru sistem pendidikan di Singapura sepenuhnya, tetapi belajar bagaimana Singapura membangun sistem yang berfokus pada kebutuhan masa depan. Jika setiap elemen bangsa, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga para guru, bersatu dalam visi yang sama, bukan tidak mungkin pendidikan di Indonesia akan melahirkan generasi yang memiliki daya saing global
Penulis Eko HarsonoÂ
Sumber: Hasil kajian OECD dan SEAMEO. Laman Kerjasama Japan Internasional Corporation Agency dan Korean Herald
Tinggalkan Komentar