Cari

Kasus Keracunan MBG Kembali Terjadi, 20 Murid SDN Satu Wetan Cirebon Pingsan


Schoolmedia News Jakarta == Suasana di Puskesmas Plered, Kabupaten Cirebon, berubah tegang pada Selasa sore, 4 November 2025. Ruang observasi dipenuhi anak-anak berseragam putih-merah yang terbaring lemas. Di tangan mereka menempel selang infus, sementara para ibu menunggui dengan wajah cemas. Hari itu, sebanyak 20 murid SD Negeri 2 Setu Wetan diduga mengalami keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan di sekolah.

Menu siang itu tampak biasa: soto ayam bening, nasi putih, kol rebus, tauge, tempe goreng, dan buah anggur merah. Namun tak lama setelah makan, sejumlah murid mengeluh pusing dan mual, lalu muntah hampir bersamaan. “Awalnya cuma bilang pusing, terus langsung muntah dan lemas,” ujar Yuni (34), ibu dari salah satu korban, saat ditemui di Puskesmas.

Guru kelas semula mengira anak-anak hanya kelelahan. Tapi saat jumlah yang sakit terus bertambah, panik pun pecah. Beberapa murid dilarikan ke Puskesmas dengan mobil sekolah dan motor warga, sementara guru lain menghubungi orang tua. “Kami hentikan kegiatan belajar, semua fokus menolong anak-anak,” kata Siti Nurjanah, guru kelas 5.

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) merupakan kebijakan nasional yang digadang sebagai program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Sejak diluncurkan awal 2024, program ini bertujuan memperbaiki gizi anak-anak sekolah dasar dan mencegah stunting melalui pemberian satu kali makan sehat setiap hari.

Namun, niat baik itu kerap tersandung di lapangan. Dalam beberapa bulan terakhir, kasus serupa pernah terjadi di sejumlah daerah, seperti Brebes dan Sukabumi. Polanya mirip: siswa mendadak sakit setelah menyantap MBG yang disuplai oleh penyedia katering lokal.

Kasus di Setu Wetan menjadi alarm baru soal lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan program. Di tengah semangat memperbaiki gizi anak, muncul pertanyaan: sejauh mana kualitas dan keamanan makanan MBG benar-benar terjamin?

Bupati Cirebon Terkejut 

Sore itu, Bupati Cirebon datang meninjau Puskesmas. Ia meminta warga tidak buru-buru menyalahkan program MBG sebelum hasil laboratorium keluar. “Kami curigai ada faktor lain selain makanan. Dinas Kesehatan sudah mengambil sampel untuk diperiksa,” ujarnya.

Meski demikian, pemerintah daerah memutuskan untuk menangguhkan sementara pembagian MBG di seluruh wilayah Kecamatan Weru. Kepala Dinas Kesehatan Cirebon, dr. Lestari Widodo, mengatakan gejala yang dialami anak-anak menunjukkan keracunan akut ringan hingga sedang, namun seluruh korban sudah membaik dan diperbolehkan pulang secara bertahap. “Tidak ada korban jiwa, tapi ini jadi pelajaran penting bagi semua pihak,” katanya.

Dari informasi yang dihimpun, makanan MBG untuk SDN 2 Setu Wetan dipasok oleh penyedia lokal yang bekerja sama dengan pihak ketiga dari Dinas Sosial. Makanan dikirim pagi hari tanpa pendingin dan baru dibagikan menjelang siang. Cuaca panas Cirebon bisa mencapai lebih dari 33 derajat, cukup untuk membuat makanan cepat basi jika tidak ditangani dengan benar.

Dr. Hendra Prakoso, ahli keamanan pangan dari Universitas Swadaya Gunung Jati, menyebut rantai distribusi MBG terlalu panjang tanpa pengawasan ketat. “Dalam sistem besar seperti ini, setiap mata rantai penting—dari dapur hingga ke tangan anak. Kalau salah satu lalai, risikonya bisa fatal,” katanya.

Ia menegaskan perlunya standar cold chain dan inspeksi berkala terhadap penyedia makanan. “Program MBG bagus secara konsep, tapi perlu disiplin tinggi soal sanitasi dan transportasi makanan. Kalau tidak, niat menyehatkan malah bisa mencelakai.”

Di rumah-rumah warga Setu Wetan, cerita soal makan bergizi kini berubah jadi kenangan buruk. “Anak saya masih takut makan soto,” kata Yuni lirih sambil menatap putrinya yang berbaring di kasur.

Pemerintah pusat menyebut kasus-kasus seperti ini akan dievaluasi serius. Namun di mata warga, kepercayaan sudah mulai terkikis. Mereka ingin program terus berjalan, tapi dengan pengawasan yang nyata. Karena bagi mereka, makanan bergizi seharusnya menjadi sumber tenaga, bukan petaka.

Tim Schoolmedia

Berita Sebelumnya
Percepat Penanggulangan Kemiskinan dengan Program Revitalisasi Pendidikan dan Transformasi Vokasi

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar