
Schoolmedia News Cirebon == Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, meninjau pelaksanaan kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di lingkungan Pondok Pesantren Buntet dan Gedongan, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Menteri PPPA menyatakan CKG adalah bentuk komitmen pemerintah untuk memenuhi hak anak atas kesehatan karena kesehatan merupakan fondasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa depan.
âProgram prioritas pemerintah saat ini adalah pembangunan sumber daya manusia, termasuk di lingkungan pesantren. Program CKG merupakan langkah konkret pemerintah dalam memastikan hak anak untuk hidup sehat dan memperoleh layanan kesehatan yang mudah dijangkau. Pemeriksaan rutin seperti ini bukan hanya mencegah penyakit, tetapi juga menjadi bentuk kasih sayang negara terhadap anak-anaknya,â ujar Menteri PPPA.
Program CKG merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) dengan target penerima manfaat terbesar, yakni lebih dari 281 juta orang, termasuk 53 juta anak sekolah. Program ini telah dimulai sejak 10 Februari 2025 dan hingga Juli 2025 telah menjangkau 14.101.225 penerima manfaat. Melalui program ini, pemerintah ingin mendorong perubahan paradigma masyarakat terhadap kesehatan, dari yang bersifat kuratif menjadi preventif. Masyarakat diharapkan lebih proaktif memeriksakan kesehatannya sebelum jatuh sakit.
âMenjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah dan bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan. Kalau anak-anak sehat, semangat belajarnya tumbuh, pikirannya jernih, dan hatinya bahagia. Karena itu, CKG hadir bukan hanya untuk memeriksa tubuh, tetapi juga untuk menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga kesehatan berarti menjaga amanah dari Tuhan,â tutur Menteri PPPA.
Menteri PPPA mengatakan, pihaknya mendukung penuh pelaksanaan program CKG sebagai bagian dari upaya mewujudkan hak anak atas kesehatan yang optimal. Kesehatan merupakan kunci utama kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 serta Konvensi Hak Anak Kluster 3 tentang Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan. Melalui program CKG, pemerintah berupaya memberikan kemudahan akses terhadap layanan kesehatan preventif sejak dini.
âAnak-anak di pesantren harus mendapatkan hak yang sama seperti anak-anak di luar pesantren. Hak untuk sehat, hak untuk tumbuh, hak untuk belajar dengan gembira. Karena itu kami hadir untuk memastikan negara benar-benar melindungi mereka sejak dini,â tegas Menteri PPPA.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat, Siska Gerfianti, menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen menindaklanjuti hasil pemeriksaan CKG di kedua pesantren tersebut, terutama jika ditemukan anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan. Menurut Siska, program CKG menjadi momentum penting untuk memastikan anak-anak, termasuk para santri, memperoleh layanan kesehatan yang mudah diakses dan berkualitas.
âMelalui kolaborasi lintas sektor, kita ingin memastikan tidak ada anak yang tertinggal dalam hal kesehatan. Anak-anak yang sehat adalah modal utama bagi masa depan Jawa Barat dan Indonesia. Ke depan, kami juga berencana memberikan kacamata gratis untuk para santri di sini agar kegiatan belajar mereka tidak terganggu karena masalah penglihatan,â ujar Siska.
Dalam kesempatan tersebut, Kemen PPPA bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) turut membagikan masing-masing 1 ton ikan segar bermutu kepada para santri di Pondok Pesantren Buntet dan Gedongan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi dan mendukung pemenuhan kebutuhan pangan bergizi seimbang bagi anak-anak di pesantren.
Melalui kolaborasi lintas kementerian ini, pemerintah berharap dapat menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani yang bergizi tinggi, sekaligus memperkuat komitmen dalam mewujudkan generasi santri yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.
Hari Santri di Cirebon
Memulai rangkaian Hari Santri Nasional Tahun 2025, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi mengunjungi Pondok Pesantren Buntet dan Gedongan, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Dalam kunjungannya tersebut, Menteri PPPA mendorong penguatan peran Pesantren Ramah Anak (PRA) sebagai bagian penting dari gerakan nasional pemenuhan hak dan perlindungan anak dan memastikan pesantren aman untuk para santri.
âPada momentum Hari Santri ini, saya ingin mengajak kita semua untuk menjadikan pesantren sebagai pelita peradaban yang memancarkan kasih sayang, kebersihan hati, dan kepedulian sosial. Pesantren punya peran yang luar biasa, bukan hanya dalam meraih kemerdekaan, tetapi juga mengisi kemerdekaan pada saat ini. Pesantren harus menjadi contoh nyata bahwa pendidikan berbasis agama dapat sekaligus menjadi pendidikan berbasis hak anak. Pesantren yang ramah anak bukan hanya menjaga dari kekerasan, tapi juga mengajarkan kasih sayang, menghargai perbedaan, dan menumbuhkan empati di antara para santri,â ujar Menteri PPPA, di Kabupaten Cirebon, Rabu (22/10).
Dalam kesempatan itu, Menteri PPPA berdialog langsung dengan para santri di kedua pondok pesantren. Menteri PPPA menggarisbawahi pentingnya pesantren sebagai tempat pendidikan karakter yang membentuk kemandirian dan ketangguhan anak. Menurut Menteri PPPA, kehidupan di pesantren merupakan bagian dari proses pembentukan mental dan spiritual yang kuat.
Sebelumnya, Kemen PPPA bersama Kementerian Agama telah menandatangani pernyataan bersama dalam rangka pelaksanaan Pengasuhan Ramah Anak di Satuan Pendidikan Keagamaan yang Terintegrasi dengan Asrama. Kolaborasi dua kementerian ini penting dilaksanakan untuk memastikan pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga menjadi lingkungan tumbuh kembang yang aman, sehat, dan ramah bagi anak-anak Indonesia.
âPesantren berperan aktif sebagai model pendidikan yang mengupayakan pencegahan tindak kekerasan pada anak di lingkungan pendidikan. Sebab, keterlibatan agama dalam perlindungan anak memiliki pengaruh kuat demi kepentingan terbaik bagi anak,â tutur Menteri PPPA.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat, Siska Gerfianti, menyampaikan bahwa jumlah pesantren di Jawa Barat mencapai 12.977 dengan hampir satu juta santri.
âMudah-mudahan para santri dapat terus mengawal Indonesia menuju peradaban dunia. Melalui peringatan hari ini dan berbagai bantuan yang diberikan, semoga para santri menjadi sumber daya manusia unggul di Jawa Barat,â ujar Siska.
Pada kesempatan ini, Kemen PPPA bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memberikan bantuan beasiswa kepada santri di Pondok Pesantren Buntet dan Gedongan, Kabupaten Cirebon.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar