Cari

Gerakan Ayah Antar Anak Hari Pertama Sekolah Mendapat Apresiasi


Schoolmedia News Jakarta - Suasana hari pertama sekolah di berbagai satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hari ini terasa berbeda. Tak hanya ibu-ibu yang berbondong-bondong mengantar si kecil dengan penuh cinta, tetapi juga para ayah hadir menyertai langkah awal anak-anak mereka memasuki dunia pendidikan.

Momen ini merupakan respons atas terbitnya Surat Edaran (SE) Nomor 7 Tahun 2025 yang diterbitkan Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) /Kepala BKKBN, Wihaji, tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah.

Dalam SE yang diedarkan Jumat, 11 Juli 2025, Menteri Wihaji mengajak seluruh ayah di Indonesia untuk terlibat langsung dalam momen penting pendidikan anak. Melalui kehadiran ayah pada momen penting tersebut akan tercipta kedekatan emosional yang berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri, kenyamanan, dan kesiapan anak dalam menjalani proses belajar, tulisnya dalam edaran tersebut.

Gerakan ini bukan sekadar ajakan simbolis, tetapi merupakan bagian dari upaya besar untuk mendorong perubahan budaya pengasuhan di Indonesia.

Menteri Wihaji menekankan pentingnya menciptakan pola asuh yang kolaboratif dan setara antara ayah dan ibu. Kita sedang membangun peradaban baru dalam keluarga Indonesia, di mana pengasuhan anak tidak lagi menjadi beban satu pihak, tetapi menjadi komitmen bersama, ujarnya.


Data menunjukkan urgensi keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Sebanyak 20,9 persen anak-anak di Indonesia kehilangan kehadiran ayah secara fisik, baik karena perceraian, kematian, maupun pekerjaan ayah yang mengharuskan mereka jauh dari rumah. Akibatnya, fenomena fatherless menjadi nyata dan berdampak luas, termasuk pada kondisi mental anak-anak.

 

Berdasarkan data Unicef (2021), I-NAMHS (2022), BPS (2021), dan KPAI (2017), hanya 20,9 persen ayah di Indonesia yang secara langsung terlibat dalam pengasuhan. Padahal, 33 persen remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, namun hanya 4,3 persen orang tua yang menyadari anaknya membutuhkan bantuan.

 

Meski begitu, ada harapan. Sebanyak 37,17 persen anak usia 0-5 tahun masih diasuh oleh kedua orang tua kandung secara bersamaan. Inilah yang ingin diperkuat melalui gerakan ini.

 

Sejumlah perusahaan dan instansi pemerintah hari ini juga menunjukkan dukungannya. Mereka memberi cuti atau izin khusus kepada karyawan laki-laki yang ingin mengantar anaknya ke PAUD. Di sejumlah PAUD, pemandangan ayah yang memeluk anaknya, menggandeng tangan kecil mereka, dan bahkan ikut masuk ke dalam kelas, menjadi pemandangan menyentuh dan menginspirasi.

 

Di PAUD dan TK Islam Al Rahman Cibinong, Bogor seorang ayah bernama Rendi mengaku baru kali ini bisa merasakan betapa pentingnya kehadiran dirinya bagi sang anak. ÃÆâ€™Ãƒâ€šÃ‚¢ÃƒÂ¢Ã¢â‚¬Å¡Ã‚¬Ã…“Biasanya istri saya yang urus semua. Tapi pas saya antar, anak saya jadi lebih tenang. Saya juga jadi merasa lebih dekat. Ini pengalaman luar biasa,ÃÆâ€™Ãƒâ€šÃ‚¢ÃƒÂ¢Ã¢â‚¬Å¡Ã‚¬Ã‚ tuturnya.

 

Gerakan Ayah Mengantar Anak bukanlah kegiatan seremonial semata. Ini adalah titik awal untuk memperkuat ikatan keluarga dan membangun generasi yang tumbuh dengan cinta dan kehadiran kedua orang tuanya.

 

Dengan gerakan ini, diharapkan bukan hanya anak-anak yang bahagia, tapi juga para ayah yang selama ini jauh dari dinamika harian pengasuhan, kini menemukan kembali peran mereka sebagai sosok penting dalam tumbuh kembang anak.

 

Perubahan Budaya Pengasuhan AUD

 

 

Ribuan ayah di berbagai daerah terlihat antusias mengantar langsung putra-putri mereka ke sekolah, menciptakan suasana yang haru sekaligus meriah dalam membangun perubahan budaya pengasuhan Anak Usia Dini di Indonesia.

 

Fenomena ini tidak lepas dari adanya surat edaran ajakan dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga /Kepala BKKBN, serta sejumlah Pemerintah Daerah, yang menganjurkan para ayah untuk mengambil peran aktif dalam momen penting ini.

 

Ajakan ini disambut hangat oleh masyarakat. Di sejumlah sekolah, barisan ayah terlihat berjejer rapi mendampingi anak-anak mereka memasuki gerbang. Ada yang tampak berbisik memberikan semangat, ada pula yang terlihat sibuk mengabadikan momen dengan kamera ponsel.

 

"Rasanya bangga sekali bisa mengantar anak saya di hari pertamanya sekolah," ujar Rio, salah satu ayah yang mengantar putrinya ke SDN Pagelaran  Cibinong. "Biasanya istri yang selalu mengantar, tapi kali ini saya sengaja cuti agar bisa ikut merasakan momen spesial ini."

 

Senada dengan Rio, Budi, ayah dari seorang siswa SMP, juga mengungkapkan kebahagiaannya. "Saya rasa ini inisiatif yang sangat bagus. Mengantar anak ke sekolah bukan hanya tugas ibu, tapi juga tanggung jawab bersama. Semoga ini bisa menjadi awal yang baik untuk keterlibatan ayah yang lebih aktif dalam pendidikan anak."

 

Kepala BKKBN, Wihaji  dalam keterangannya menyampaikan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat peran ayah dalam keluarga dan pendidikan anak.

 

 "Keterlibatan ayah sejak dini dalam proses pendidikan akan memberikan dampak positif pada perkembangan psikologis dan akademis anak. Ini juga menjadi momentum untuk membangun kedekatan emosional antara ayah dan anak," jelasnya.

 

Sejumlah pemerintah daerah yang mengeluarkan surat edaran ini juga melaporkan antusiasme yang tinggi dari para ayah.

 

Diharapkan, kegiatan ini tidak hanya berhenti di hari pertama MPLS, melainkan dapat terus meningkatkan partisipasi ayah dalam setiap tahapan tumbuh kembang anak. Momen ini menjadi pengingat bahwa pendidikan dan pengasuhan anak adalah tanggung jawab bersama, antara ibu dan ayah, demi generasi penerus yang lebih baik.

 

Peliput : Eko B Harsono

Sumber Siaran Pers Kemendubangga/BKKBN

 

 

 

Berita Selanjutnya
SMAN 1 Kaimana Ikuti Pelatihan Pengelolaan Website Sekolah Bersama PT Janis Lintas Data dan Schoolmedia
Berita Sebelumnya
Arah Kebijakan dan Usulan Anggaran 2026 Bersama Komisi X DPR RI

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar