
Kisah Inspiratif Garda Terdepan Pendidikan Anak Usia Dini, Praktik Baik dan Harapan Bunda PAUD Tingkat Nasional 2025
Schoolmedia News akarta â âApresiasi Bunda PAUD Tingkat Nasional 2025 bukan sekadar seremoni penghargaan, tetapi panggung pengakuan bagi dedikasi tanpa batas para Bunda PAUD yang telah berjuang di garis depan pendidikan anak usia dini. Di antara sorak sorai dan ucapan selamat, terpancar praktik baik yang menginspirasi serta semangat baru untuk terus memajukan PAUD di daerah masing-masing.
Praktik Baik dan Testimoni Penuh Haru
âPara penerima penghargaan berbagi kisah tentang bagaimana inovasi kecil di tingkat lokal mampu menciptakan dampak besar bagi masa depan anak bangsa.
â1. Ibu Hj. Fathul Jannah Muhidin (Bunda PAUD Provinsi Kalimantan Selatan) â Kategori Wiyata Dharma Utama
âSebagai peraih penghargaan tertinggi di tingkat provinsi, Ibu Hj. Fathul Jannah Muhidin menyoroti pentingnya sinergi multi-pihak dalam memajukan PAUD. Program andalannya adalah "Gerakan PAUD Holistik Integratif (HI) Berbasis Komunitas," yang berhasil menekan angka stunting melalui integrasi Posyandu dan PAUD.
â"Penghargaan ini milik seluruh guru dan masyarakat Kalimantan Selatan. Praktik baik yang kami dorong adalah memastikan PAUD tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga kesehatan dan gizi. Kami bekerja sama dengan dinas kesehatan dan desa untuk memasukkan edukasi gizi seimbang dan pemeriksaan tumbuh kembang rutin ke dalam kurikulum PAUD," ujar Ibu Fathul Jannah dengan mata berkaca-kaca.
"Kunci utamanya adalah kolaborasi: Pemerintah daerah mendukung kebijakan, Bunda PAUD mendorong implementasi, dan masyarakat menjadi garda terdepan pengawas gizi anak," ujarnya.
â2. Ibu Rini Indriyani Eri Cahyadi (Bunda PAUD Kota Surabaya) â Kategori Wiyata Dharma Utama Kab/Kota
âIbu Rini, yang mewakili Kota Surabaya, menonjol dengan program "PAUD Inklusi dan Digitalisasi Ceria." Inovasi ini fokus pada pelatihan guru untuk menangani kebutuhan anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah reguler, serta pemanfaatan aplikasi edukasi lokal yang ramah anak.
â"Kami percaya tidak ada anak yang tertinggal. Di Surabaya, kami mengintensifkan pelatihan bagi guru PAUD agar mereka mampu mengenali dan melayani anak dengan kebutuhan khusus sejak dini. Kami juga mengembangkan permainan edukatif berbasis digital yang sesuai dengan kultur lokal," jelas Ibu Rini.
"Apresiasi ini memacu kami untuk terus berinovasi. Ini adalah bukti bahwa kebijakan Pemerintah Kota yang memprioritaskan kesetaraan akses PAUD adalah jalan yang benar. Kami akan terus mengembangkan kurikulum yang membebaskan anak dari tekanan akademik dini."
â3. Ibu Nurul Istihar Humairah, S.PAR (Bunda PAUD Kelurahan Cipulir, Jakarta Selatan) â Kategori Inovatif 1 Kelurahan/Desa
âDatang dari tingkat kelurahan, Ibu Nurul membuktikan bahwa inovasi dapat hadir di mana saja. Praktik baiknya adalah "Literasi Keluarga dan Lingkungan," sebuah program yang menjadikan taman kota dan ruang publik sebagai kelas terbuka untuk orang tua dan anak.
â"Keterbatasan fasilitas tidak menghalangi. Kami mengubah lingkungan sekitar menjadi sumber belajar. Setiap hari Sabtu, kami mengadakan sesi 'Dongeng di Taman' yang wajib dihadiri orang tua. Tujuannya sederhana: memperkuat ikatan emosional dan memberikan pemahaman kepada orang tua bahwa pendidikan pertama ada di rumah," tutur Ibu Nurul penuh semangat.
"Penghargaan ini adalah energi. Saya berharap tahun depan, kami bisa memperluas program ini ke seluruh RT, memastikan setiap keluarga di Cipulir menjadi benteng terdepan pendidikan anak," ujarnya.
â4. Ibu FEMEGA DIAN PUTRIANI, S.E. (Bunda PAUD Kecamatan Semarang Barat) â Kategori Inovatif 1 Kecamatan
âIbu Femega berhasil membuat terobosan melalui program "Kemitraan Sehat PAUD-Puskesmas." Fokusnya adalah memastikan setiap anak PAUD di kecamatannya memiliki Kartu Kesehatan Anak dan mendapatkan vaksinasi lengkap tepat waktu, sekaligus meningkatkan koordinasi antara guru dan tenaga medis.
â"Apresiasi ini adalah pengakuan atas peran kami sebagai jembatan. Kami memfasilitasi koordinasi rutin antara PAUD dan Puskesmas setempat, sehingga isu kesehatan anak, seperti gizi kurang atau kebersihan, dapat diatasi secara cepat. Kami ingin anak-anak PAUD kami tidak hanya cerdas, tetapi juga sehat prima," kata Ibu Femega.
Dikatakan harapannya praktik kemitraan sehat ini bisa ditiru oleh kecamatan lain. Kesehatan dan pendidikan adalah dua sisi mata uang yang harus berjalan beriringan.
5. Suara dari Daerah Terdepan Terluar Tertinggal (3T): Tantangan Jarak dan Sumber Daya diwakili Ibu Ika Alkatiri â Kab. Seram Bagian Timur, Maluku.
âPerjuangan Bunda PAUD di daerah 3T memiliki tantangan yang unik dan berat. Ibu Ika Alkatiri, peraih Wiyata Dharma Pratama Kabupaten/Kota Daerah Khusus dari Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku, berbagi tentang bagaimana ia harus menembus keterbatasan geografis.
â"Di Seram Bagian Timur, tantangan terbesar kami adalah jarak dan konektivitas. Untuk mencapai satu PAUD ke PAUD lain, kami harus menyeberang laut atau berjalan kaki berjam-jam," cerita Ibu Ika. "Program andalan kami adalah 'Jemput Bola dan PAUD Terapung,' yang bertujuan memastikan anak-anak di pulau terpencil pun mendapatkan hak PAUD. Kami memanfaatkan kapal nelayan dan balai desa yang ada. Uang bukan masalah utama, tapi kemauan dan hati yang mau berkorban.
Apresiasi ini menguatkan kami bahwa perjuangan kami di ujung timur Indonesia tidak sia-sia. Ini adalah motivasi bagi guru-guru kami yang mengajar dengan gaji seadanya tapi semangatnya luar biasa."
â6. Melawan Keterbatasan Ekonomi: Ibu Yani Fitriyati, S.PD.I.GR. (Desa Sungai Baung, Jambi)
âIbu Yani Fitriyati, peraih Inovatif 1 Kelurahan/Desa dari Desa Sungai Baung, Sarolangun, Jambi, menyoroti kondisi ekonomi masyarakat yang kurang menguntungkan, di mana banyak orang tua adalah buruh tani dengan waktu kerja yang panjang.
â"Masyarakat kami sebagian besar adalah buruh tani yang harus bekerja dari subuh hingga sore. Dampaknya, anak-anak kurang mendapat stimulasi yang berkualitas di rumah. Praktik baik kami adalah 'Program PAUD Sore untuk Orang Tua,' yang memberikan pelatihan praktis kepada orang tua tentang bagaimana mengoptimalkan waktu singkat di rumah untuk bermain sambil belajar," jelas Ibu Yani.
Dikatakan pihaknya mengajarkan mereka membuat mainan edukatif dari bahan bekas, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya. Kami harus mendidik orang tua dulu, baru anak-anak bisa terdidik. Kami berharap dengan adanya pengakuan ini, pemerintah daerah dapat memberikan subsidi operasional yang lebih besar, agar kami bisa fokus mendidik tanpa harus terlalu memikirkan biaya..
â7. Inovasi Melalui Budaya Lokal (Diwakili Ibu Fransina Rumbiak, S.KM â Kab. Deiyai, Papua Tengah)
âIbu Fransina Rumbiak, peraih Wiyata Dharma Madya Kabupaten/Kota Daerah Khusus dari Kabupaten Deiyai, Papua Tengah, menyoroti tantangan adaptasi kurikulum yang relevan dengan budaya setempat.
â"Di Papua Tengah, kami memastikan bahwa pendidikan PAUD kami tidak menghilangkan identitas anak. Inovasi kami, 'Belajar Sambil Berburu dan Meramu Cerita,' mengintegrasikan kearifan lokal seperti berburu, berkebun, dan cerita rakyat ke dalam metode belajar sehari-hari," tutur Ibu Fransina.
"Ini membantu anak-anak merasa dekat dengan lingkungan mereka dan mencintai akar budaya. Kami masih kekurangan banyak sekali fasilitas, mulai dari buku hingga tenaga pengajar yang menetap. Penghargaan ini adalah cambuk motivasi: Kami akan terus berjuang agar anak-anak Papua mendapatkan fondasi pendidikan yang kuat tanpa harus meninggalkan identitas mereka.â
Motivasi dan Harapan Masa Depan PAUD
âDi akhir acara, seluruh Bunda PAUD, khususnya dari daerah 3T dan berjuang di tengah keterbatasan, sepakat bahwa penghargaan ini adalah titik awal untuk melompat lebih tinggi. Mereka menyambut baik arahan Ibu Wakil Presiden mengenai Wajib Belajar 13 Tahun dan penolakan terhadap pemaksaan akademik dini.
âHarapan Kolektif dan Komitmen Lanjutan:
âPenguatan Karakter dan Kualitas Guru: Semua Bunda PAUD berkomitmen untuk menjadikan tahun 2026 sebagai tahun penekanan pada pembangunan karakter. Secara khusus, para Bunda PAUD dari daerah sulit memohon adanya program beasiswa dan penempatan guru PAUD profesional yang bersedia mengabdi di wilayah terpencil.
âInovasi yang Berkelanjutan: Para pemenang berjanji untuk tidak berpuas diri. Mereka berharap tahun depan mereka dapat mengembangkan inovasi yang lebih terukur, terutama dalam pemanfaatan teknologi secara bijak di tengah keterbatasan listrik dan internet.
âDukungan Penuh Pemerintah Daerah: Bunda PAUD berharap pemerintah daerah di tingkat kabupaten/kota dan provinsi dapat mengalokasikan anggaran dan kebijakan yang lebih adil bagi PAUD di daerah terpencil, terutama dalam mendukung kebutuhan dasar seperti Alat Permainan Edukatif (APE) dan perbaikan gedung yang layak.
â"Apresiasi Bunda PAUD Nasional 2025 telah menyuntikkan motivasi yang tak terhingga, terutama bagi kami yang sering merasa terisolasi," tutup perwakilan dari para Bunda PAUD Aceh Timur. "Kami berjanji, tahun depan, kami akan kembali dengan praktik baik yang lebih matang, membawa semangat baru untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesiaâdi kota besar maupun di pulau terpencilâmendapatkan 'Setahun Awal' terbaik mereka, yang akan menjadi 'Bekal Sepanjang Masa'."
âSemangat positif ini menjadi energi baru bagi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk terus melanjutkan program penguatan PAUD, sebagai langkah konkret menuju cita-cita mulia Generasi Emas 2045.
Penyunting Eko B Harsono
Tinggalkan Komentar