Cari

Melangkah ke Panggung Global: "Rumah Pendidikan" Indonesia Jadi Sorotan di EduTech Asia 2025



Melangkah ke Panggung Global: "Rumah Pendidikan" Indonesia Jadi Sorotan di EduTech Asia 2025 

Schoolmedia News ​Singapura — Indonesia menegaskan posisinya sebagai pelopor inovasi pendidikan berbasis teknologi di Asia dengan memperkenalkan Rumah Pendidikan, sebuah super-app pendidikan terpadu, pada Forum EduTech Asia 2025 di Singapura. Kehadiran platform ini menandai upaya masif Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk menyatukan ekosistem pembelajaran yang sebelumnya terfragmentasi, menjangkau jutaan guru dan murid di ribuan pulau.

​Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kemendikdasmen, Yudhistira Nugraha, memaparkan inisiatif ini dalam sesi utama forum dengan tema, “Learning Without Limit — Advancing Quality Education through the Rumah Pendidikan Super-App.” Platform ini diluncurkan sebagai jawaban atas tantangan geografis dan digital, di mana sekitar 4 juta guru dan 40 juta siswa tersebar, sebelumnya dilayani oleh hampir 300 aplikasi yang berbeda.

​Tiga Ruang Utama untuk Ekosistem Terintegrasi

​Rumah Pendidikan dirancang untuk menjadi platform terpadu yang menghubungkan seluruh pemangku kepentingan dalam satu wadah digital, mendorong kolaborasi, pemerataan, dan peningkatan kualitas pembelajaran. Dari delapan ruang utama yang direncanakan, Kemendikdasmen menyoroti tiga ruang inti yang membawa inovasi pembelajaran digital inklusif:

​Ruang GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan): Platform bagi para guru untuk belajar, berkembang, dan menginspirasi sesama pendidik, memfasilitasi pengembangan profesional berkelanjutan.

​Ruang Murid: Ruang belajar digital yang menyediakan konten gratis dan interaktif, mendukung pembelajaran yang bermakna dan sesuai dengan kurikulum nasional.

​Ruang Mitra: Gerbang kolaborasi bagi sektor publik, swasta, dan masyarakat untuk berinovasi dan berkontribusi secara langsung dalam memajukan pendidikan Indonesia.

​Kepala Pusdatin, Yudhistira Nugraha, menekankan bahwa Rumah Pendidikan lebih dari sekadar aplikasi. "Ini adalah gerakan bersama menghadirkan akses dan kualitas pendidikan yang setara di seluruh Indonesia," tuturnya. Ia juga berpartisipasi dalam Policy Summit Panel Discussion yang membahas Rumah Pendidikan sebagai studi kasus nyata digitalisasi pembelajaran.

​Kehadiran Indonesia di forum internasional yang bertema besar "AI in Learning Revolution" ini tidak hanya memperkenalkan inovasi, tetapi juga memperkuat komitmen negara dalam memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan pembelajaran tanpa batas, sejalan dengan tren global konvergensi Kecerdasan Buatan (AI) dan pedagogi.

​Catatan Kritis

​Rumah Pendidikan memberikan kabar positif mengenai pengakuan internasional terhadap inovasi Kemendikdasmen. Namun, sebagai laporan implementasi kebijakan, ada beberapa aspek kritis yang perlu dicermati:

​Fokus Implementasi vs. Ekspos Internasional: Siapers berfokus pada keberhasilan presentasi di Singapura. Catatan Kritisnya: Informasi mengenai capaian dan dampak nyata (misalnya, jumlah pengguna aktif harian, tingkat engagement guru/murid, atau peningkatan rata-rata kompetensi guru/murid yang terverifikasi) di tingkat nasional masih samar. Ekspos internasional harus diimbangi dengan bukti kuat keberhasilan implementasi di lapangan, terutama mengingat tantangan geografis Indonesia yang sangat besar.

​Isu Kesiapan Infrastruktur Digital: Rumah Pendidikan mengatasi masalah fragmentasi aplikasi, tetapi Siapers tidak membahas hambatan terbesar dalam digitalisasi: kesenjangan infrastruktur digital (sinyal dan perangkat). Catatan Kritisnya: Bagaimana super-app ini memastikan akses dan manfaat yang sama bagi guru dan murid di 17.000 pulau, terutama di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), di mana konektivitas internet masih menjadi kendala fundamental? Kualitas aplikasi harus selaras dengan ketersediaan infrastruktur.

​Integrasi AI dan Pedagogi: Forum EduTech Asia menyoroti peran AI, dan Rumah Pendidikan dipresentasikan sebagai inovasi. Catatan Kritisnya: Siapers minim detail tentang bagaimana Rumah Pendidikan secara spesifik mengintegrasikan Kecerdasan Buatan (AI) dalam tiga ruang utamanya (Ruang GTK, Ruang Murid, Ruang Mitra). Apakah AI digunakan hanya untuk personalisasi konten, atau sudah sampai pada level membantu guru dalam asesmen adaptif dan pengembangan kurikulum mikro? Detail ini penting untuk mengukur level inovasi teknologi yang diklaim.

​Peran Ruang Mitra yang Konkret: Ruang Mitra disebut sebagai gerbang kolaborasi. Catatan Kritisnya: Siapers tidak memberikan contoh konkret atau studi kasus mengenai kontribusi spesifik yang telah atau akan diberikan oleh mitra swasta/publik melalui platform tersebut. Kejelasan peran ini penting untuk menunjukkan bahwa kolaborasi tersebut menghasilkan output yang terukur, bukan sekadar wadah komunikasi.

Tim Schoolmedia 

Lipsus Sebelumnya
GEMAS Kecam Pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto dan Sarwo Edhie: Tindakan Amoral dan Ahistoris

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar